Dipecundangi Hamas, Tentara Israel Bersiap Angkat Kaki dari Gaza
Hamas telah berhasil merekrut sejumlah pejuang yang hampir sama dengan yang hilang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Media Israel melaporkan, militer penjajah tengah bersiap untuk mengantisipasi penarikan pasukannya dari jalur Gaza menyusul penilaian situasional yang dilakukan selama 24 jam terakhir.
Persiapan penarikan pasukan tersebut menyusul perkembangan di meja perundingan yang tengah berlangsung di Doha, Qatar, antara pihak yang bertikai. Pemerintah Qatar, mediator utama, mengatakan pada Selasa (14/1/2025), negosiasi untuk gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan antara Perlawanan Palestina dan Israel berada dalam tahap akhir. Qatar berharap kesepakatan dapat dicapai segera.
Presiden AS Joe Biden juga mengatakan pada Senin bahwa kesepakatan hampir selesai. Itay Blumental, koresponden militer kantor berita Israel, Kan, mengutip sumber keamanan, mengatakan bahwa militer Israel sedang bersiap untuk mundur dari perlintasan Rafah, serta dari rute Netzarim dan Philadelphi. Penarikan pasukan tersebut akan dilakukan segera setelah perjanjian gencatan senjata-pertukaran tahanan ditandatangani, tulis Al Mayadeen.
Selain itu, Israel berencana untuk mengerahkan kembali pasukannya di sekitar jalur Gaza dan menarik pasukannya secara bertahap. Sementara, militer membangun zona penyangga selebar sekitar satu kilometer sebagai bagian dari perjanjian tersebut, sebut Blumental.
Koresponden militer Israel juga mencatat bahwa potensi penarikan pasukan Israel dari Gaza dikoordinasikan kemarin antara pejabat keamanan Israel, Mesir, dan Amerika.
Saat diskusi tentang perjanjian gencatan senjata yang akan terjadi di Gaza berlanjut, sumber politik dalam pemerintahan pendudukan Israel mengatakan kepada Channel 13 bahwa Israel telah menyadari bahwa Hamas tidak dapat dikalahkan hanya melalui solusi militer. Perkembangan terakhir di jalur Gaza utara membuktikan hal ini.
Sumber tersebut menekankan bahwa Hamas telah berhasil merekrut kembali sejumlah pejuang yang jumlahnya hampir sama dengan jumlah yang telah hilang, demikian dilaporkan media Israel.
Masih terkait dengan gencatan senjata, mantan kepala Dewan Keamanan Israel Giora Eiland, mengakui bahwa entitas pendudukan Israel telah gagal total dalam segala hal yang berkaitan dengan Gaza. Israel dinilai tidak dapat mencapai tujuan yang ditetapkannya untuk perang tersebut.
Eiland mengatakan kepada Channel 13, Hamas sedang memulihkan diri dari pukulan berat yang dialaminya, bahwa tidak semua tawanan akan kembali. Dia mengungkapkan, Israel tentu tidak akan menghilangkan otoritas Hamas di jalur Gaza.
Dia juga menegaskan bahwa tekanan militer Israel terhadap Hamas tidak menghasilkan apa-apa. Menurut dia, kesepakatan pertukaran tahanan gencatan senjata yang diusulkan sekarang dan kesepakatan yang hampir ditandatangani pada Mei lalu sangat mirip.
Eiland menambahkan bahwa Israel menyia-nyiakan delapan bulan, di mana 110 tentara tewas di Gaza, dan sebagian besar tawanan telah meninggal.
"Jika kesepakatan ini telah ada di atas meja delapan bulan lalu, dan kami menerapkan tekanan militer yang kuat hanya untuk mencapai kesepakatan yang sama, itu berarti tidak ada hubungan antara tekanan militer dan kesediaan Hamas untuk menunjukkan fleksibilitas," jelasnya.
Jenderal pensiunan Israel itu menganggap bahwa perang "sudah berakhir, dan tidak akan ada lagi perang, terlepas dari apa yang dikatakan Presiden terpilih AS, Donald Trump." "Satu-satunya pihak yang tidak mau mengakui hal ini adalah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tetapi semua orang, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, memahami hal ini," tegas Eiland.