Gencatan Senjata Belum Juga Diumumkan, Hamas Tunggu Peta Penarikan Israel dari Gaza

Peta tersebut mencakup penarikan pasukan Israel dari wilayah Netzarim.

dokpri
Tenda yang menampung ribuan pengungsi Gaza, Palestina (ilustrasi)
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Perundingan seputar gencatan senjata di jalur Gaza masih berlangsung di Doha, Qatar. Reuters melaporkan, para negosiator berusaha mencapai kesepakatan pada Selasa (14/1/2025), mengenai rincian akhir gencatan senjata setelah perundingan maraton di Qatar. Para mediator dan pihak yang bertikai mengatakan bahwa kesepakatan tersebut lebih dekat dari sebelumnya.

Baca Juga


Setelah lebih dari delapan jam perundingan, seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Reuters pada Selasa malam bahwa kelompok Palestina tersebut masih menunggu Israel untuk menyerahkan peta yang menunjukkan bagaimana pasukannya akan mundur dari Gaza.

"(Hamas) belum menyampaikan tanggapannya (terhadap rencana gencatan senjata) karena pendudukan (Israel) belum menyerahkan peta yang akan menunjukkan wilayah tempat pasukannya akan mundur," kata pejabat tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.

Ia menambahkan peta tersebut mencakup penarikan pasukan Israel dari wilayah Netzarim di tengah jalur Gaza. Penarikan pasukan harus dilakukan untuk memungkinkan para pengungsi kembali ke rumah mereka yakni Jabalia di utara wilayah kecil itu, jalan Philadelphi di sepanjang perbatasan selatan dengan Mesir, dan Rafah, juga di dekat perbatasan tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari sebelumnya mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa pembicaraan mengenai rincian akhir sedang berlangsung setelah kedua belah pihak diberikan sebuah teks.

Presiden AS Joe Biden, yang pemerintahannya telah ikut serta bersama utusan presiden terpilih Donald Trump, mengatakan kesepakatan antara para pihak sudah dekat.

Hamas mengatakan pembicaraan telah mencapai langkah akhir. Kelompok perlawanan ini berharap putaran negosiasi ini akan menghasilkan kesepakatan setelah mediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

Seorang pejabat Israel mengatakan pembicaraan telah mencapai fase kritis meskipun beberapa rincian perlu diselesaikan: "Kami sudah dekat, kami belum sampai di sana."

 

Seorang demonstran memegang tanda tentang pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar selama protes yang menyerukan kesepakatan gencatan senjata pada Kamis, 17 Oktober 2024, di Tel Aviv, Israel. - (Foto AP/Ariel Schalit)

Kelompok perlawanan Palestina lainnya, Jihad Islam, yang juga menyandera warga Israel di Gaza, mengatakan pihaknya akan mengirim delegasi senior yang akan tiba di Doha pada Selasa malam untuk mengambil bagian dalam pengaturan akhir untuk kesepakatan gencatan senjata.

"Kesepakatan itu ... akan membebaskan para sandera, menghentikan pertempuran, memberikan keamanan bagi Israel dan memungkinkan kami untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan secara signifikan bagi warga Palestina yang sangat menderita dalam perang yang dimulai oleh Hamas ini," kata Biden pada Senin.

Jika berhasil, gencatan senjata bertahap - yang mengakhiri lebih dari setahun perundingan dapat menghentikan pertempuran yang telah menghancurkan Gaza, menewaskan puluhan ribu warga Palestina, membuat sebagian besar penduduk daerah kantong itu kehilangan tempat tinggal dan masih menewaskan puluhan orang setiap hari.

Kesepakatan tersebut juga diharapkan dapat meredakan ketegangan di seluruh Timur Tengah yang lebih luas, di mana perang telah memicu konflik di Tepi Barat, Lebanon, Suriah, Yaman dan Irak, dan menimbulkan kekhawatiran akan perang habis-habisan antara Israel dan Iran.

Israel akan membebaskan sekitar 100 sandera dan jenazah yang tersisa dari mereka yang ditangkap dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan tahanan Palestina. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler