Jalan Panjang Membangun Kembali Kehidupan di Gaza
Bank Dunia memperkirakan hampir 100 persen penduduk Gaza hidup dalam kemiskinan.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu antara Israel dan Hamas memicu kegembiraan di Gaza, pada Ahad (19/1/2025). Tetapi kegembiraan itu dengan cepat berubah menjadi kekecewaan, karena tingkat 'kehancuran' yang jelas terlihat.
Lebih dari setahun pemboman Israel dan operasi darat telah mengubah sebagian besar wilayah itu menjadi tanah kosong yang dipenuhi puing-puing, dengan bangunan-bangunan yang terbakar dan tumpukan puing-puing membentang ke segala arah," kata Euronews.
Di samping itu lebih dari 46.600 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, telah tewas dalam perang, PBB memperkirakan 69 persen bangunan di Gaza telah rusak atau hancur, di mana lebih dari 90 persennya adalah rumah penduduk.
Dengan mayoritas 2,2 juta penduduk saat ini mengungsi, dan sebagian besar wilayah itu "tidak dapat dihuni", BBC mengatakan perlu waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun bagi Gaza untuk pulih.
Dilansir laman The Week, yang saat ini menjadi perhatian utama adalah sistem layanan kesehatan Gaza, yang menurut laporan Perpustakaan House of Lords sedang dalam "krisis". Diincar secara sengaja oleh pasukan Israel, yang mengklaim fasilitas perawatan kesehatan telah digunakan untuk keperluan militer oleh Hamas, sebagian besar rumah sakit dan klinik "rusak parah hingga tidak dapat digunakan. Sementara yang masih beroperasi menghadapi kekurangan air, bahan bakar, dan pasokan medis.
Program Lingkungan PBB telah menggambarkan sistem air, sanitasi, dan kebersihan hampir sepenuhnya tidak berfungsi. Sementara kekurangan pangan yang parah telah menyebabkan 1,9 juta warga Gaza yang mengungsi berisiko mengalami kekurangan gizi dan kelaparan.
Pemulihan ekonomi Gaza
Konflik tersebut juga memiliki "dampak yang menghancurkan" pada ekonomi Gaza, kata BBC. Bank Dunia memperkirakan hampir 100 persen penduduk Gaza hidup dalam kemiskinan, sementara biaya kebutuhan pokok telah meningkat hampir 250 persen rata-rata sejak dimulainya perang.
"Jalan-jalan utama, infrastruktur, air, dan listrik yang penting telah hancur," kata Euronews, yang tidak hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari tetapi juga prospek pemulihan ekonomi.
Pada September 2024, menurut analisis Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, lebih dari dua pertiga lahan pertanian di Gaza rusak atau hancur. Di Gaza Utara, episentrum operasi militer Israel, angka tersebut meningkat menjadi 78 persen.
Perjanjian gencatan senjata menghindari pertanyaan penting tentang siapa yang akan memerintah Gaza ke depannya atau apakah Israel dan Mesir akan mencabut blokade yang membatasi pergerakan orang dan barang yang mereka terapkan ketika Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2007.
Jika blokade tetap berlaku, PBB memperkirakan perlu waktu 350 tahun bagi ekonomi Gaza untuk kembali ke tingkat sebelum perang.
Butuh 350 tahun
Dalam laporan tentang kerugian ekonomi akibat perang yang disiapkan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), PBB, mengatakan serangan Israel telah menghancurkan ekonomi dan infrastruktur Gaza.
Laporan tersebut, yang disampaikan kepada majelis umum PBB tahun lalu, mengatakan aktivitas ekonomi di seluruh Gaza telah terhenti. Selain dari layanan kesehatan dan makanan kemanusiaan minimum, dalam kondisi kekurangan air, bahan bakar, dan listrik yang parah, dan kendala akses yang signifikan.
Dilansir laman The Guardian, Sektor konstruksi Gaza turun sebesar 96 persen, pertanian sebesar 93 persen, manufaktur sebesar 92 persen dan sektor jasa sebesar 76 persen. Sementara itu, pengangguran mencapai 81,7 persen pada kuartal pertama 2024, tingkat yang menurut PBB kemungkinan akan memburuk atau bertahan selama operasi militer berlanjut.
“Operasi militer yang intens di Gaza mengakibatkan bencana kemanusiaan, lingkungan, dan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mendorong Gaza dari keterbelakangan menjadi kehancuran total,” kata laporan itu.
Dampak yang luas akan bertahan selama bertahun-tahun mendatang, dan mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk mengembalikan Gaza ke status quo ante atau kondisi sebelum perang. “Setelah gencatan senjata tercapai, kembali ke tren pertumbuhan 2007–2022 akan menyiratkan bahwa Gaza akan membutuhkan waktu 350 tahun hanya untuk memulihkan PDB ke levelnya pada tahun 2022,” ujar laporan.
Pada tiga kuartal pertama tahun 2023, sebelum perang dimulai, ekonomi Gaza mengalami kontraksi pada tingkat tahunan sekitar tiga persen. Ekonomi tersebut mengalami kontraksi sebesar 22,6 persen pada 2023 secara keseluruhan, dengan 90 persen dari penurunan tersebut terjadi pada kuartal keempat.
Unctad mengatakan pada kuartal keempat tahun 2023, Gaza mencatat kemerosotan ekonomi terbesar dalam sejarah terkini. PDB berkontraksi sebesar 80,8 persen dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun 2023, sementara PDB turun sebesar 81,4 persen pada periode yang sama.