Kekayaan Sahabat Nabi SAW Ada yang Tembus Triliun Rupiah, Saat Harta di Tangan Orang Saleh

Islam mengajarkan untuk mencari keberkahan dalam mecari rezeki

Pixabay
Ilustrasi kekayaan. Islam mengajarkan untuk mencari keberkahan dalam mecari rezeki
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Islam mendorong orang untuk berdagang dan melakukan kerajinan tangan serta bekerja untuk mencari nafkah dan memperingatkan agar tidak menganggur dan bermalas-malasan.

Banyak sahabat Nabi Muhammad SAW adalah pedagang, dan beberapa dari mereka bahkan memiliki modal yang besar menurut standar waktu mereka, dan bahkan menurut standar kita, sebagaimana dibuktikan oleh pengeluaran dan warisan mereka setelah kematian mereka, yang semuanya mereka peroleh dari perdagangan mereka, kadang-kadang sebagai tambahan dari apa yang mereka terima dari rampasan perang.

Khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq (wafat 13 H/635 M) sendiri adalah seorang pedagang di Makkah dan tetap menjadi pedagang setelah hijrah.

Imam ath-Thabari mengatakan Abu Bakar adalah seorang pedagang, dan setiap hari dia pergi ke pasar untuk membeli dan menjual.

Enam bulan setelah menjabat sebagai khalifah, ida berpidato di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan:

"Apa yang memperbaiki urusan masyarakat adalah perdagangan, dan apa yang memperbaiki mereka adalah mengabdikan diri kepada mereka dan memperhatikan urusan mereka, dan anak-anakku membutuhkan sesuatu untuk memperbaiki mereka.”

Jadi, masih menurut ath-Thabari, dia meninggalkan perdagangan dan membelanjakan dari uang kaum Muslimin apa yang pantas untuknya dan keluarganya dari hari ke hari...Jumlah yang dialokasikan untuk Abu Bakar ketika itu setiap tahunnya mencapai enam ribu dirham setara dengan 12 ribu dolar AS atau sekitar Rp 195 juta

Khalifah ketiga, Utsman bin Affan (wafat 35 H/656 M) adalah salah satu pedagang besar Quraisy dan para Sahabat, dan Ath-Tabari mengutip perkataannya:

"Saya adalah orang yang paling kaya dari suku Quraisy dan yang paling rajin dan beruntung dalam berdagang."

Dalam Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam (wafat 218 H/833 M), Nabi SAW ketika mempersiapkan invasi Tabuk pada tahun 9 H/630 M, mendorong orang-orang kaya untuk berinfak di jalan Allah. Mereka pun mengikuti perintah Rasulullah SAW dengan mengumpulkan dan menghitung dari kekayaan mereka.

Grafis sahabat Nabi dari kalangan non Arab - (Republika.co.id)

 

Utsman bin Affan mengeluarkan pengeluaran besar yang tidak ada yang mengeluarkannya seperti itu. Dia belanjakan untuk logistik tentara sebesar seribu dinar sekitar 200 ribu dolar AS hari ini atau setara Rp 3,2 miliar."! Dalam Sunnan Tirmidzi (279 H/892 M), Utsman berkata, "Wahai Rasulullah, saya memiliki tiga ratus ekor unta untuk digunakan di jalan Allah SWT.

Sementara itu, Abdurrahman bin Auf (wafat 32 H/654 M) adalah orang miskin yang tidak memiliki uang ketika dia tiba di Madinah sebagai imigran.

Dia kemudia terlibat dalam perdagangan hingga menjadi salah satu kapitalis terbesar dalam sejarah Islam. Dalam Siyar A’lam an-Nubala’, Imam adz-Dzahabi mengatakan tentang kekayaannya yang besar dan bagaimana dia menggunakannya. Adz-Dzahabi menulis demikian:

تصدق ابن عوف على عهد رسول الله.. بشطر ماله أربعة آلاف، ثم تصدق بأربعين ألف دينار، وحَمل على خمسمئة فرس في سبيل الله، ثم حمل على خمسمئة راحلة في سبيل الله، وكان عامة ماله من التجارة". ثم أضاف الذهبي معلقا: "قلت: هذا هو الغنيُّ الشاكر

"Ibnu Auf bersedekah pada masa Rasulullah dengan sebagian hartanya yaitu empat ribu dinar, lalu menyumbangkan empat puluh ribu dinar, dan dia membawa lima ratus kuda untuk jihad di jalan Allah, dan kemudian membawa lima ratus unta jihad di jalan AllahAllah, dan sebagian besar hartanya berasal dari perdagangan." Adz-Dzahabi kemudian menambahkan, "Saya berkata, “Inilah orang yang kaya dan bersyukur."

Baca Juga



Sementara itu, Imam adz-Dzahabi juga mengungkapkan dalam Tarikh al-Islam. Dia berbicara tentang bisnis Zubair bin al-Awwam (wafat 36 H / 657 M) dan warisannya setelah kematiannya.

Dia menyebutkan terbukti dalam riwayat shahih bahwa Zubair meninggalkan harta sekitar 40 ribu dirham sekitar 80 juta dolar AS saat ini setara dengan Rp 1,3 triliun dan lebih banyak lagi.

BACA JUGA: Identitas Tentara Pembunuh Sinwar Dibobol Peretas Palestina, Israel Kebingungan 

Dia juga menceritakan dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala, tentang aktivitas perniagaan Thalhah bin Ubaidullah (wafat 36 H/657 M) dan uang yang ditinggalkannya. Thalhah terbunuh dengan meninggalkan 1 juta dirham di tangan bendaharanya.

Sementara itu, ase real estate-nya bernilai 30 ribu dirham! Hal yang paling menakjubkan yang saya temukan adalah perkataan Ibn al-Jauzi (wafat 597 H/1200 M)..: "Thalhah meninggalkan tiga ratus kati emas.

Infografis Tiga Teladan Sahabat dalam Berinfak - (Infografis Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler