Media Israel Soroti Secara Khusus Aksi Hamas Berikan Ketiga Sandera Cendera Mata
Hamas Israel sepakat melakukan genjatan senjata
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Media Israel melaporkan bahwa Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) memberikan cinderamata kepada tiga tahanan wanita Israel yang dibebaskan pada hari Ahad (19/1/2025), sebagai bagian dari tahap pertama perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza.
Dikutip dari Aljazirah, Senin (20/1/2025) Kantor berita resmi Hebrew Broadcasting Corporation mengatakan para korban penculikan (tiga tahanan wanita) membawa cinderamata yang diberikan oleh Hamas kepada mereka, sebelum mereka tiba di Israel.
Disebutkan bahwa cinderamata tersebut termasuk peta Jalur Gaza, foto-foto para tahanan selama penahanan mereka, dan sertifikat penghargaan.
Sebelumnya pada Ahad, tentara Israel mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menerima tiga tahanan wanita dari Palang Merah Internasional, yang dibebaskan oleh Hamas dari Jalur Gaza, sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan pertukaran antara kedua belah pihak.
Selama proses serah terima, para tawanan wanita Israel tampak dalam kondisi baik, tidak seperti tawanan Palestina yang sebelumnya dibebaskan oleh Israel, yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, pelecehan, dan kelaparan, sementara beberapa di antaranya keluar dalam kondisi psikologis yang runtuh.
Pada November 2023, Hamas membebaskan sekelompok tahanan Israel sebagai bagian dari gencatan senjata pertama yang berlangsung selama sepekan hingga awal Desember 2023, yang memicu perhatian luas pada saat itu tentang perlakuan kelompok tersebut terhadap para tahanan selama penahanan mereka.
Menurut laporan media dan kesaksian beberapa tahanan Israel yang dibebaskan pada saat itu, Hamas memastikan bahwa kebutuhan dasar para tahanan, seperti makanan, perawatan kesehatan, dan perlakuan yang baik, disediakan.
Pada Ahad pagi, kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku, tahap pertama akan berlangsung selama 42 hari, di mana tahap kedua dan ketiga akan dinegosiasikan.
BACA JUGA: Identitas Tentara Pembunuh Sinwar Dibobol Peretas Palestina, Israel Kebingungan
Pada malam harinya, sebanyak 90 tahanan termasuk 21 anak-anak, setelah Hamas membebaskan tiga tahanan perempuan. Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera sepertinya menjadi kemenangan bagi Hamas daripada Israel.
Sebanyak 1.977 tahanan Palestina, termasuk 290 orang yang menjalani hukuman seumur hidup dan 1.687 lainnya yang ditahan atas berbagai tuduhan, akan dibebaskan Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata di Gaza.
Kesepakatan ini akan mulai berlaku pada Ahad (19/1/2025), menurut laporan media Israel. Tel Aviv akan membebaskan tahanan-tahanan Palestina tersebut sebagai imbalan untuk 33 sandera Israel yang saat ini ditahan di Jalur Gaza, sebagaimana dilaporkan harian Yedioth Ahronoth.
Menteri Keamanan Israel Ingin Tetap Perang, Ancam Mundur dari Pemerintahan Netanyahu
Kesepakatan tersebut mencakup pembebasan 1.000 tahanan Palestina yang ditahan setelah 7 Oktober 2023, serta 47 tahanan yang ditangkap kembali meskipun telah dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan tahun 2011.
Pertukaran tersebut akan dilakukan dalam tujuh tahap selama 42 hari pertama, sesuai kesepakatan.
Surat kabar Israel, Haaretz melaporkan pada Jumat bahwa hari pertama kesepakatan akan menyaksikan pembebasan tiga sandera Israel, diikuti oleh empat sandera pada hari ketujuh, dan masing-masing tiga sandera pada hari ke-14, 21, 28, dan 35.
Kelompok terakhir yang terdiri dari 14 sandera akan dibebaskan pada pekan terakhir fase pertama.
Sebuah pernyataan dari kantor pemimpin otoritas Israel memastikan bahwa proses pertukaran diperkirakan akan dimulai pada Ahad setelah disetujui oleh Kabinet Keamanan dan pemerintah.
Kementerian Kehakiman Israel dan kemudian Dinas Penjara Israel akan menerbitkan daftar tahanan yang akan dibebaskan pada fase pertama kesepakatan.
Menurut Komisi Urusan Tahanan Palestina, saat ini Israel telah menahan 10.400 warga Palestina, termasuk 600 orang yang menjalani hukuman seumur hidup. Pada Rabu malam lalu, Qatar mengumumkan kesepakatan gencatan senjata tiga fase untuk mengakhiri lebih dari 15 bulan serangan mematikan Israel di Jalur Gaza, dengan gencatan senjata dijadwalkan berlaku Ahad.
Hampir 46.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dan lebih dari 110 ribu lainnya terluka akibat perang genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan setempat.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya di Palestina.
Gerakan perlawanan Islam Hamas dan Israel akhirnya sepakat untuk gencatan senjata. Kesepakatan gencatan senjata ini diumumkan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani pada Rabu malam (15/1/2025).
Pada Ahad (19/1/2025) nanti, lanjut dia, gencatan senjata itu akan mulai dilaksanakan.
"Kedua belah pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang pertukaran tahanan dan sandera, dan (kami) mengumumkan gencatan senjata. Harapannya, ini akan berujung pada gencatan senjata secara permanen antara kedua belah pihak tersebut," ujar PM Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani dalam jumpa pers, seperti dilansir The Guardian, Kamis (16/1/2025).
Kesepakatan ini terwujud setelah berbulan-bulan perundingan yang terkadang berlanjut dan terkadang mundur, dan setelah ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa gencatan senjata diperlukan sebelum dia mulai menjabat pada tanggal 20 Januari 2025.
Perjanjian tersebut mencakup klausul yang mengatur perbaikan kondisi tahanan Palestina di penjara pendudukan, tetapi Israel menolak untuk membebaskan tahanan senior Palestina di penjara pendudukan.
Disepakati pula untuk membentuk komite Mesir-Qatar untuk mengawasi kembalinya para pengungsi dari Jalur Gaza selatan ke utara.
Republika.co.id, melansir Aljazirah, Kamis (16/1/2025), menjabarkan sejumlah ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini, yang telah disetujui oleh kedua belah pihak untuk diterapkan dalam 3 tahap, dimulai dari hari Ahad (19/1/2025). Berikut salinan lengkapnya:
Fase pertama
Disepakati bahwa hal-hal berikut ini akan berlaku:
- Penghentian sementara operasi militer timbal balik oleh kedua belah pihak, dan penarikan pasukan pendudukan Israel ke arah timur dan menjauh dari daerah berpenduduk ke daerah di sepanjang perbatasan di seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk "Lembah Gaza", dan penarikan akan dilakukan hingga jarak 700 meter sebelum perbatasan berdasarkan peta sebelum tanggal 7 Oktober 2023.
BACA JUGA: Perburuan Tentara Israel di Brasil dan Runtuhnya Kekebalan Negara Zionis
- Penghentian sementara aktivitas udara Israel untuk tujuan militer dan pengintaian di Jalur Gaza dengan kecepatan 10 jam per hari, dan 12 jam pada hari-hari pembebasan tahanan dan narapidana.
- Selama tahap pertama, Israel akan membebaskan sekitar 2.000 tahanan, termasuk 250 orang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dan sekitar 1.000 orang yang ditahan setelah tanggal 7 Oktober 2023.
- Kembalinya para pengungsi ke daerah tempat tinggal mereka dan penarikan dari Lembah Gaza, sesuai dengan hal-hal berikut:
a. Setelah pembebasan tujuh tahanan Israel, pasukan pendudukan akan mundur sepenuhnya pada hari ketujuh perjanjian dari Jalan Al-Rasyid di timur ke Jalan Salahuddin, dan membongkar semua posisi di daerah ini. Kembalinya para pengungsi ke daerah tempat tinggal mereka akan dimulai, dan pergerakan bebas penduduk di semua sektor akan dijamin, di samping masuknya bantuan kemanusiaan melalui Jalan Al-Rasyid sejak hari pertama tanpa hambatan
b. Pada hari ke-22 pelaksanaan perjanjian, pasukan pendudukan Israel akan menarik diri dari pusat Jalur Gaza, terutama dari "Poros Netzarim" dan "Bundaran Kuwait", ke wilayah yang dekat dengan perbatasan, dan instalasi militer akan dibongkar seluruhnya, sementara pemulangan para pengungsi ke tempat tinggalnya akan terus berlanjut, dan penduduk akan diberikan kebebasan bergerak di semua wilayah Jalur Gaza.
c. Penyeberangan Rafah akan dibuka tujuh hari setelah pelaksanaan tahap pertama, dan bantuan kemanusiaan, bahan bantuan, dan bahan bakar dalam jumlah yang cukup akan masuk melalui 600 truk per hari, 50 di antaranya akan mengangkut bahan bakar, dan 300 truk akan menuju utara Jalur Gaza.
- Pertukaran tahanan dan narapidana di kedua belah pihak sesuai dengan yang berikut ini:
a. Hamas akan membebaskan 33 tahanan Israel (hidup atau mati), termasuk wanita sipil, tentara wanita, anak-anak di bawah usia 19 tahun, orang tua di atas usia 50 tahun, dan warga sipil yang terluka dan sakit, sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara dan pusat-pusat penahanan Israel, sebagai berikut: Untuk setiap tahanan Israel yang dibebaskan, Israel akan membebaskan 30 anak-anak dan perempuan Palestina dari penjara pendudukan
b. Sebagai imbalan atas pembebasan 30 tahanan Palestina dari penjara pendudukan yang berusia lanjut dan sakit, Hamas akan membebaskan semua tahanan Israel yang masih hidup yang berusia lanjut, sakit dan warga sipil yang terluka
c. Israel membebaskan 50 tahanan Palestina untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan yang dibebaskan oleh Hamas.
-Pertukaran tahanan dan narapidana pada tahap pertama dijadwalkan sebagai berikut:
BACA JUGA: Serangan Yaman yang Merepotkan Israel dan Jatuhnya Pamor Militer Amerika di Kawasan
1. Pada hari pertama perjanjian, Hamas membebaskan 3 tahanan sipil Israel, dan pada hari ketujuh Hamas membebaskan 4 tahanan lagi. Setelah itu, Hamas akan membebaskan 3 tahanan Israel setiap 7 hari, dan sebelum mengembalikan jenazah, Hamas akan membebaskan semua tahanan yang masih hidup.
2. Pada pekan keenam perjanjian, Israel membebaskan 47 tahanan kesepakatan Shalit yang dipenjara kembali setelah dibebaskan pada tahun 2011.
3. Jika jumlah tahanan Israel yang masih hidup yang dibebaskan tidak mencapai 33 orang, maka jumlah yang tersisa akan diselesaikan. Sebagai imbalannya, pada minggu keenam, Israel akan membebaskan semua wanita dan anak-anak yang ditangkap dari Gaza setelah 7 Oktober 2023.
4. Pertukaran ini terkait dengan sejauh mana kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan perjanjian, termasuk penghentian operasi militer di kedua belah pihak, penarikan pasukan pendudukan, kembalinya para pengungsi, dan masuknya bantuan kemanusiaan.
- Tahanan Palestina yang dibebaskan tidak akan ditangkap kembali dengan tuduhan yang sama dengan yang sebelumnya mereka ditahan, dan juga tidak akan ditangkap kembali untuk menjalani sisa hukuman mereka. Para tahanan Palestina tidak akan diminta untuk menandatangani dokumen apapun sebagai syarat pembebasan mereka.
- Kriteria yang ditetapkan untuk pertukaran tahanan dan narapidana pada tahap pertama tidak akan digunakan sebagai dasar untuk pertukaran pada tahap kedua perjanjian.
- Negosiasi tidak langsung antara kedua belah pihak mengenai ketentuan pelaksanaan perjanjian tahap kedua akan dimulai selambat-lambatnya pada hari ke-16 setelah berlakunya perjanjian, dan harus mencapai kesepakatan sebelum akhir minggu kelima tahap pertama.
- PBB, badan-badannya, dan organisasi-organisasi internasional lainnya terus memberikan layanan kemanusiaan di semua wilayah Jalur Gaza, dan operasi-operasi terus berlanjut di seluruh fase Perjanjian.
- Rehabilitasi infrastruktur di semua wilayah Jalur Gaza, pengenalan peralatan untuk tim-tim pertahanan sipil, dan pembersihan puing-puing dan reruntuhan akan dimulai dan terus berlanjut selama masa Persetujuan.
- Masuknya pasokan untuk pembangunan tempat penampungan bagi para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal mereka selama perang, termasuk pembangunan setidaknya 60 ribu unit rumah sementara dan 200 ribu tenda, diperbolehkan.
- Lebih banyak personil militer yang terluka daripada yang disepakati tiba di penyeberangan Rafah untuk mendapatkan perawatan medis, jumlah orang yang diizinkan untuk melewati penyeberangan ditingkatkan, dan pembatasan pada pelancong, barang, dan perdagangan dihapuskan.
- Mulai menerapkan pengaturan dan rencana yang diperlukan untuk rekonstruksi komprehensif rumah-rumah dan infrastruktur sipil yang hancur akibat perang, dan memberikan kompensasi kepada mereka yang terkena dampak di bawah pengawasan sejumlah negara dan organisasi, termasuk Mesir, Qatar, dan PBB.
- Melanjutkan pelaksanaan semua langkah dari tahap pertama pada tahap kedua, selama negosiasi tentang persyaratan berlanjut, dengan penjamin perjanjian melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa negosiasi tidak langsung terus berlanjut hingga kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan tentang persyaratan tahap kedua.
Fase kedua
Berlangsung selama 42 hari, dan disepakati bahwa hal-hal berikut ini akan dilaksanakan:
- Deklarasi kembalinya ketenangan yang berkelanjutan, yang mencakup penghentian permanen operasi militer dan kegiatan permusuhan, dan dimulainya kembali pertukaran tahanan dan tawanan antara kedua belah pihak, termasuk semua orang Israel yang masih hidup, sebagai imbalan atas sejumlah tahanan Palestina yang telah disepakati di penjara-penjara penjajah.
Selain itu, pasukan pendudukan Israel akan sepenuhnya mundur dari Jalur Gaza.
Fase ketiga
Berlangsung selama 42 hari, dan disepakati bahwa hal-hal berikut ini akan dilaksanakan:
- Pertukaran jenazah dan sisa-sisa korban tewas di tangan kedua belah pihak setelah diidentifikasi.
- Pelaksanaan rencana rekonstruksi untuk Jalur Gaza selama tiga sampai lima tahun, termasuk rumah-rumah, bangunan sipil dan infrastruktur, di samping memberikan kompensasi kepada semua pihak yang terkena dampak, di bawah pengawasan sejumlah negara dan organisasi yang mensponsori perjanjian tersebut.
- Membuka semua penyeberangan dan mengizinkan pergerakan bebas orang dan barang.