Akibat Blokade Israel, Hanya 861 dari 1.200 Truk Bantuan Capai Gaza Utara

Fase enam minggu pertama dari kesepakatan gencatan senjata Gaza berlaku Ahad.

AP Photo/Jehad Alshrafi
Truk bantuan kemanusiaan masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom dari Mesir ke Jalur Gaza, di Rafah, Rabu, 22 Januari 2025, beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hanya 861 dari 1.200 truk bantuan yang mencapai Gaza utara pada Rabu (22/1/2025) karena blokade Israel, sejak gencatan senjata diberlakukan. Penyeberangan Beit Hanoun (Erez) di Gaza utara tetap ditutup dengan dalih kerusakan jalan yang disebabkan oleh pemboman Israel sehingga memerlukan intervensi untuk membuka kembali jalan, kata sumber pemerintah kepada Anadolu pada Kamis (23/1).

Baca Juga


Fase enam minggu pertama dari kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang bertujuan untuk gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, mulai berlaku pada Ahad, 19 Januari 2025.

Sumber tersebut menekankan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza utara terus membutuhkan bantuan segera dan menyeluruh, termasuk bahan bakar dan pasokan dasar untuk membantu mereka yang terkena dampak serangan militer Israel.

Sumber tersebut juga menekankan pentingnya mempercepat truk-truk yang tersisa untuk memenuhi kebutuhan mendesak penduduk, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Jumat (24/1) malam.

Perjanjian Hamas-Israel menetapkan masuknya 300 truk bantuan setiap hari ke wilayah utara, menyoroti bahwa hambatan Israel telah mencegah implementasi penuh dari klausul ini, yang mengakibatkan kekurangan truk, hal ini dilaporkan Anadolu.

Kantor Media Pemerintah di Gaza mengumumkan langkah-langkah sebelumnya untuk mengantisipasi kembalinya warga Palestina yang terlantar dari daerah kantong selatan dan tengah ke Kota Gaza dan wilayah utara mulai Ahad depan.

 

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 47.035 warga Palestina telah dibunuh Israel dan 111.091 lainnya terluka dalam genosida oleh Israel yang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah, dengan setidaknya 11.000 orang masih belum ditemukan, diperkirakan mereka wafat di bawah reruntuhan rumah mereka di Gaza.

Perang, yang oleh warga Palestina disebut “Operasi Banjir Al-Aqsa” dimulai setelah operasi militer yang dilakukan oleh Hamas di wilayah Israel. Israel melaporkan bahwa 1.139 tentara dan warga sipilnya tewas dalam serangan awal pada tanggal 7 Oktober 2023. Namun, media Israel telah menyuarakan kekhawatiran bahwa sejumlah besar korban dari pihak Israel disebabkan oleh tembakan tentara Israel sendiri selama serangan tersebut.

Organisasi-organisasi hak asasi manusia (HAM), baik Palestina maupun internasional, telah melaporkan bahwa sebagian besar korban di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. Kekerasan yang sedang berlangsung juga telah memperburuk kelaparan akut, dengan ribuan anak-anak di antara korban wafat. Organisasi HAM juga menyoroti parahnya bencana kemanusiaan.

Perang telah membuat hampir dua juta orang mengungsi dari rumah mereka di seluruh Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa masuk ke wilayah selatan Jalur Gaza yang sudah penuh sesak. Penduduk di Gaza masih terjebak dalam konflik yang sedang berlangsung, dengan sedikit akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan perawatan medis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler