Batas Waktu Habis, Israel Ngotot Tempatkan Pasukan di Lebanon

Dukungan Amerika meyakinkan Israel untuk tempatkan pasukan di Lebanon.

media Israel
Pasukan Israel di Lebanon Selatan
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Pemerintah Israel dengan dukungan Amerika tetap ngotot menempatkan pasukan di Lebanon. Padahal, batas waktu mereka berada di sana sudah melampaui 60 hari, tenggat maksimal keberadaan pasukan IDF di Lebanon.

Baca Juga


Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa pasukan tentara IDF tidak akan sepenuhnya menarik diri dari Lebanon selatan. Dalam sebuah pernyataan, "perjanjian gencatan senjata di Lebanon menetapkan bahwa penarikan bertahap pasukan tentara Israel akan dilaksanakan dalam waktu 60 hari, dan mencatat bahwa proses penarikan mungkin memakan waktu lebih dari 60 hari."

Pernyataan itu menambahkan, “Proses penarikan tentara Israel bergantung pada penempatan tentara Lebanon di wilayah Lebanon selatan dan implementasi perjanjian secara penuh dan efektif, sementara Hizbullah menarik diri ke luar area Litani.”

Pihak penjajah Israel mengklaim bahwa perjanjian tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh negara Lebanon. Hal itu diklaim Israel menjadikan proses penarikan bertahap akan dilanjutkan dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat.

Israel mengungkapkan bahwa pemerintah meminta, pada akhir sesi “kabinet”, untuk memperpanjang validitas perjanjian gencatan senjata selama sebulan sebelum penarikan pasukan “tentara” dari Lebanon selatan.

Elite politik Israel telah menginstruksikan IDF untuk tetap berada di sektor timur Lebanon juga meski batas waktu enam puluh hari untuk gencatan senjata telah berakhir. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Hizbullah, pada Kamis malam, mereka menekankan bahwa kelebihan batas waktu 60 hari dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian tersebut, dan merupakan serangan lebih lanjut terhadap kedaulatan Lebanon.

 

Masuknya Israel ke dalam babak baru peperangan mengakibatkan negara harus turun tangan melalui segala strategi yang telah dijamin oleh konvensi internasional. Tentu ini dimaksudkan untuk memulihkan kawasan dan mengeluarkannya dari kebiadaban Israel.

Seruan

Tentara Lebanon menyerukan dalam sebuah pernyataan kepada masyarakat di selatan untuk bersabar kembali ke desa mereka. Komando Angkatan Darat Lebanon mengumumkan dalam sebuah pernyataan Sabtu (25/1/2025), bahwa, “Dengan berakhirnya periode 60 hari setelah operasi gencatan senjata, Komando Angkatan Darat mengimbau masyarakat untuk bersabar dalam menuju wilayah perbatasan selatan. Sebab ada ranjau dan benda mencurigakan yang ditinggalkan musuh Israel.”

Pernyataan tersebut menekankan pentingnya “warga negara bertanggung jawab dan mematuhi arahan komando militer dan arahan unit militer yang dikerahkan, untuk menjaga keselamatan mereka.”

Angkatan Darat Lebanon menyatakan bahwa dalam konteks ini, unit militer terus bekerja untuk menyelesaikan segala hal teknis operasi pertahanan, membuka jalan, dan menangani persenjataan yang tidak meledak. Juga memantau dengan cermat situasi operasional, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran perjanjian yang sedang berlangsung dan serangan terhadap wilayah Lebanon.


Tentara Lebanon terus melaksanakan rencana operasi di wilayah Litani Selatan. Hal itu dilakukan sejak hari pertama perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 27 November 2024, sesuai dengan tahapan yang berurutan dan spesifik. Juga berkoordinasi dengan komite yang beranggotakan lima orang untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian tersebut.

Dukungan Amerika

Gedung Putih pada Jumat mengatakan perlunya perpanjangan gencatan senjata sementara dan singkat antara Israel dan Hizbullah karena tenggat waktu bagi pasukan Israel menarik diri dari Lebanon semakin sempit.

Dalam pernyataannya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Brian Hughes mengatakan Presiden Trump berjanji memastikan warga Israel dapat kembali ke rumah mereka dengan aman di Israel utara, dan juga mendukung Presiden Lebanon Joseph Aoun memimpin pemerintahan baru.

Semua pihak memiliki tujuan yang sama untuk memastikan Hizbullah tidak memiliki kemampuan untuk mengancam rakyat Lebanon atau tetangga mereka," kata Hughes.

 

 

"Untuk mencapai tujuan ini, perpanjangan gencatan senjata sementara dan singkat sangat dibutuhkan. Kami senang bahwa IDF telah memulai penarikan pasukan dari wilayah tengah, dan kami terus bekerja sama dengan mitra regional kami untuk mendapatkan perpanjangan tersebut," tambahnya.

Israel menghadapi tenggat waktu pada Ahad (26/1) untuk menarik diri sepenuhnya dari wilayah Lebanon berdasarkan ketentuan gencatan senjata 60 hari yang disetujui dengan Hizbullah pada 27 November.

Namun pada Jumat, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pasukannya tidak akan sepenuhnya mundur dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam pakta tersebut, dan menyalahkan pemerintah Lebanon gagal menegakkan komitmennya.

"Proses penarikan pasukan bergantung pada penempatan Angkatan Darat Lebanon di Lebanon selatan dan penegakan perjanjian secara penuh dan efektif, sementara Hizbullah menarik pasukannya melampaui Litani," katanyak

 

"Karena Lebanon "belum sepenuhnya menegakkan" kewajibannya berdasarkan gencatan senjata, "proses penarikan pasukan bertahap akan terus berlanjut, dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat," lanjutnya.

Netanyahu menyatakan bahwa ketentuan kesepakatan tersebut disusun “dengan pemahaman bahwa proses penarikan diri dapat berlanjut lebih dari 60 hari.”

Sebelumnya pada Jumat, tentara Israel memasuki kota bagian selatan Aitaroun dan Qantara, yang kemudian menghancurkan properti warga sipil serta masjid setempat, menurut Kantor Berita Nasional Lebanon.


sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler