Ekonom Kenang Integritas Faisal Basri untuk Negeri
Faisal merupakan sosok pengkritik segala kebijakan yang menabrak tata kelola.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Fadhil Hasan, mengenang almarhum Faisal Basri sebagai figur yang menjunjung tinggi integritas dan memiliki peran penting dalam perbaikan tata kelola pemerintahan. Fadhil terkesan dengan ketegasan saat menolak proyek besar yang ditawarkan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) kepada Indef, meski nilainya amat besar.
"Saat itu Indef masih kesulitan keuangan, tetapi Faisal khawatir lembaga ini dijadikan legitimasi seolah merestui budaya korup pada era tersebut," ujar Fadhil saat diskusi publik dan peresmian Ruang Baca Faisal Basri di Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Menurut Fadhil, Faisal tidak hanya dikenal sebagai seorang pengkritik, tetapi juga sosok yang aktif memberikan kontribusi nyata dalam berbagai pemerintahan sejak era Orde Baru. Faisal terlibat dalam berbagai peran strategis, seperti tim monitoring dan evaluasi di bawah Menteri Keuangan Budiono, Ketua Satgas Pembenahan Tata Kelola Migas, hingga tim reformasi hukum di bawah Mahfud MD.
"Dia tidak hanya mengkritik dari luar, tetapi juga melakukan keterlibatan yang cukup signifikan untuk perbaikan dari dalam," tambah Fadhil.
Fadhil juga terkenang dengan sikap Faisal menolak anggapan Menteri Keuangan Boediono sebagai liberalis ekonomi. Padahal, lanjut Fadhil, Faisal merupakan sosok pengkritik segala kebijakan yang menabrak tata kelola.
"Seolah dia mazhab ekonomi pasar, tapi tidak jarang dia melakukan kritik keras terhadap mazhab itu. Selama dia pandang memberikan manfaat untuk masyarakat, maka mazhab apa pun akan disokong almarhum Faisal," kata Fadhil.
Sementara itu, Ekonom Senior Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Didin S Damanhuri mengenang pertemuan pertamanya dengan almarhum Faisal Basri di ruang Dipo Alam pada 1995. Saat itu, Faisal baru saja kembali dari Amerika Serikat dan menjabat sebagai Deputi Kemenko Perekonomian.
Menurut Didin, Faisal adalah salah satu dari empat pendiri Indef yang memiliki kontribusi monumental dalam menggulirkan berbagai kritik tajam terhadap kebijakan ekonomi. Didin menyampaikan Indef sendiri lahir dari gagasan yang muncul saat diskusi intens dengan Prof Didik J Rachbini.
"Ide awal mendirikan think tank ekonomi ini berkembang menjadi kenyataan pada 1995 dengan Faisal Basri sebagai salah satu tokoh sentral. Salah satu topik pertama yang diangkat oleh Indef adalah 'Membongkar Subsidi Terselubung kepada Industri Gandum'," ujar Didin saat diskusi publik dan peresmian Ruang Baca Faisal Basri di Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Didin menyampaikan data yang diperoleh dari lembaga riset Kementerian Keuangan pada masa itu menunjukkan adanya subsidi sebesar Rp 8,3 triliun per tahun yang menguntungkan kelompok Salim Group dalam impor gandum. Didin mengatakan berita tersebut menjadi tajuk utama di berbagai surat kabar.
"Padahal ketika itu Pak Harto sedang dipuncak kekuasaan. Ekonomi Indonesia juga disebut sebagai New Industrial Country (Asian Miracle) bersama Jepang, Thailand, Malaysia," lanjut Didin.
Didin menegaskan Faisal memiliki keberanian yang tidak dimiliki oleh ekonom Indonesia lainnya. Keberanian Faisal, lanjut Didin, didukung oleh latar belakang teori dan data yang sangat kuat. "Sejak itu kritisisme Faisal bersama Indef tidak pernah henti untuk mengritik sangat tajam segala kebijakan ekonomi yang dianggap menyimpang di era Soeharto, Habibie, Megawati sampai era Jokowi," ucap Didin.
Didin menyampaikan Faisal merupakan sosok yang sangat antikorupsi, antiketidakadilan, sangat antitatakelola yang buruk. Didin menyebut semua pemerintahan di Indonesia akan dikritik dengan tajam perihal tiga hal tersebut.
Didin melanjutkan, salah satu pencapaian monumental Faisal adalah ketika dipercaya menjadi Ketua Satgas Pembenahan Tata Kelola Migas. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia berhasil menghapus impor minyak lewat Pertamina Energy Service (PES) yang kemudian digantikan oleh Integrated Supply Chain (ISC).
"Pergantian seluruh manajemen Petral dan ISC, audit forensik terhadap dugaan penyimpangan turut menjadi warisan penting dari kiprah Faisal Basri," kata Didin.