Hamas: Ada Sinyal Tiga Tawanan Israel akan Dibebaskan Besok
Hamas meminta Israel untuk melaksanakan ketentuan kesepakatan gencatan senjata.
REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM — Sinyal positif mengenai keberlanjutan gencatan senjata antara Hamas dan Israel akhirnya muncul setelah sebelumnya terjadi ketegangan antara kedua pihak yang dipicu oleh sabotase Israel.
Pejabat Hamas Mahmoud Merdawi mengatakan kepada The Associated Press, ada sinyal-sinyal positif bahwa ketiga sandera akan dibebaskan sesuai rencana pada Sabtu besok. Meski demikian, kelompok perlawanan ini belum menerima komitmen dari Israel bahwa mereka akan mematuhi kesepakatan tersebut.
Seorang pejabat Mesir yang mengetahui tentang pembicaraan tersebut mengatakan bahwa kedua belah pihak hampir mencapai kesepakatan. Pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa Israel telah berkomitmen untuk mengirimkan lebih banyak tenda, tempat penampungan dan alat berat ke Gaza.
Juru bicara Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, Abu Ubaida, sebelumnya menyatakan akan menunda pembebasan tiga orang tawanan Israel pada Sabtu. Sikap Hamas dipicu gagalnya Israel memenuhi beberapa komitmen dalam gencatan senjata, termasuk pengiriman tenda dan bantuan lainnya.
Para pejabat Israel tidak segera memberikan komentar. Israel mengatakan pihaknya memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan tersebut, yang mulai berlaku pada 19 Januari dan telah menghentikan perang selama 16 bulan di Gaza, memberikan kelonggaran bagi ratusan ribu warga Palestina.
Dalam gencatan senjata tahap pertama saat ini, yang akan berlangsung selama 42 hari, Israel akan memberikan akses terhadap masuknya bantuan dalam jumlah besar dan membebaskan ratusan tahanan Palestina. Sebagai imbalannya, Hamas akan membebaskan 33 sandera yang diculik dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023. Delapan di antaranya dikabarkan tewas. Dua puluh satu orang telah dibebaskan sejauh ini.
Ancaman Hamas untuk menunda pembebasan sandera memicu kemarahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pimpinan Partai Likud yang juga divonis sebagai penjahat perang oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) tersebut bersumpah untuk melanjutkan pertempuran jika Hamas tidak menindaklanjuti dan memerintahkan pasukan untuk diperkuat di sekitar Gaza. Mereka mundur dari wilayah berpenduduk selama gencatan senjata.
Pada Rabu, Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan bahwa ia menyuarakan apa yang dikatakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dia mengancam semua neraka akan pecah jika tidak ada pembebasan sandera pada Sabtu sesuai dengan yang direncanakan.
“Jika Hamas berhenti membebaskan para sandera, maka tidak ada kesepakatan dan akan terjadi perang,” ujarnya dalam sebuah kunjungan ke pusat komando militer. Dia mengatakan “perang Gaza baru” tidak akan berakhir sampai Hamas dikalahkan, yang akan memungkinkan “visi” Trump untuk memindahkan penduduk Gaza ke negara-negara tetangga untuk direalisasikan.
Juru bicara Hamas, Hazem Kassem, menolak bahasa ancaman AS dan Israel. Kassem meminta Israel untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan kesepakatan gencatan senjata. Di antara klaim-klaim lainnya, Hamas mengatakan bahwa Israel tidak mengizinkan sejumlah tenda, rumah-rumah prefabrikasi, dan alat-alat berat yang telah disepakati untuk masuk ke Gaza.