Meletusnya Gunung Kelud: Tanda Alam Lahirnya Raja Jawa dan Presiden Indonesia
Hayam Wuruk dan Ir Soekarno lahir sesaat setelah Gunung Kelud meletus.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu
Lebih dari satu dekade lalu, tepatnya 13 Februari 2014 Gunung Kelud menunjukkan keperkasaannya dengan memuntahkan lahar panas, lontaran abu vulkanik hingga kerikil. Material tersebut terbang hingga berjarak ratusan kilometer ke berbagai wilayah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam waktu singkat status gunung yang berada di tiga kabupaten Jawa Timur itu, Blitar, Kediri dan Malang, termasuk gunung teraktif di tanah air bersama Gunung Merapi, Jawa Tengah, tersebut "Waspada", "Siaga" menjadi "Awas".
Gunung Kelud bertipe stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif hingga dampak letusan. Ini bukan kali pertama Gunung Kelud meletus di era milenium baru. Pada abad ke-20, terjadi beberapa kali erupsi sejak 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990, kemudian abad ke-21, terjadi pada 2007, 2010 dan 2014.
Yang menarik, letusan Gunung Kelud pernah menjadi tanda alam dengan lahirnya dua tokoh yang menjadi cikal bakal pemimpin besar di Nusantara. Pertama Hayam Wuruk, Raja ke-4 Majapahit dan Ir Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.
Dalam buku 'Sejarah Raja-Raja Jawa dari Mataram Kuno hingga Mataram Islam' karya Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, dijelaskan, Hayam Wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan Kertawardhana Bhre Tumapel (Cakradara) pada 1334. Kelahiran Hayam Wuruk tersebut bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud dan gempa bumi di Panbanyu, serta ditandai dengan pengikraran "Sumpah Palapa" dari Patih Amangkubhumi Gajah Mada.
Pada usia 17 tahun, Hayam Wuruk dinobatkan menjadi Raja Mahapahit ke-4 menggantikan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi. Semasa pemerintahannya itu, Majapahit berhasil mengembangkan wilayah kekuasannya sampai ke seluruh Nusantara.
Sementara Presiden pertama RI, Ir Soekarno yang dilahirkan dua pekan setelah Gunung Kelud meletus pada 22-23 Mei 1901 pukul 06.00 WIB dari pasangan suami istri, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada 6 Juni 1901. Sebelumnya Soekarno bernama Koesno Soesrodihardjo namun karena sering sakit-sakitan hingga namanya diganti menjadi Soekarno.
Ibundanya berkata, "Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar menyingsing."
"Kita orang Jawa mempunyai kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu! Jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini Putra Sang Fajar".
Ucapan adalah doa. Perkataan itu terbukti Presiden Soekarno yang dikenal dengan Bung Karno itu menjadi Presiden pertama RI. Nama Soekarno pun harum di seluruh dunia dengan nasionalismenya yang tinggi hingga dapat mempersatukan seluruh wilayah di nusantara, dan dia pun sangat anti kolonialisme dan imperialisme.
Lumpuhkan Pulau Jawa
Letusan Gunung Kelud pada 2014 dinilai lebih dahsyat dari 1990. Walaupun hanya berlangsung dua hari, tercatat empat orang meninggal dunia.
Aktivitas Gunung Kelud sudah terdeteksi meningkat pada akhir 2013. Namun, Gunung Kelud kembali tenang dan tiba-tiba statusnya meningkat dari Normal menjadi Waspada sejak 2 Februari 2014. Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 WIB diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV).
Dalam radius 10 kilometer dari puncak pun harus dikosongkan dari manusia. Kurang dari dua jam, pada pukul 22.50 WIB telah terjadi letusan pertama tipe ledakan (eksplosif).
Erupsi tipe eksplosif Gunung Kelud pada 2014 seperti pada tahun 1990. Akibatnya hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, dan Kota Pare, Kediri, Jawa Timur. Wilayah Kecamatan Wates yang dijadikan tempat tujuan pengungsian warga dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava, sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG).
Ledakan Gunung Kelud yang luar biasa dahsyat bahkan terdengar hingga Kota Surabaya, Solo dan Yogyakarta, yang berjarak 200 kilometer dari pusat letusan. Bahkan, warga Purbalingga, Jawa Tengah, yang jaraknya sekitar 300 kilometer juga mendengarnya.
Hujan abu vulkanik Gunung Kelud pada 14 Februari 2014 dini hari sudah mencapai Kabupaten Ponorogo. Bahkan, wilayah Yogyakarta diselimuti abu vulkanik yang cukup pekat, melebihi abu vulkanik dari Merapi pada 2010.
Ketebalan abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman diperkirakan lebih dari 2 sentimeter. Abu vulkanik yang terbawa angin juga sampai ke Kabupaten Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di Jawa Barat.
Sementara di wilayah timur Jawa, daerah Madiun dan Magetan, abu vulkanik membuat jarak pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter. Warga pun terpaksa mengendarai mobil atau motor dengan sangat pelan.
Hujan abu juga sempat melumpuhkan Jawa. Tujuh bandara di Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Cilacap dan Bandung, ditutup. Kerugian akibat peristiwa tersebut hingga miliaran rupiah, termasuk sekitar Rp 2 miliar di Bandara Internasional Juanda di Surabaya. Pada awal Maret 2014, sebagian besar dari 12.304 bangunan hancur atau rusak selama letusan telah diperbaiki, dengan perkiraan biaya sebesar Rp 55 miliar.
Gunung Kelud baru kembali tenang pada 20 Februari 2014 status aktivitas diturunkan dari Awas menjadi Siaga (level III) oleh PVMBG. Pada 28 Februari 2014 status Gunung Kelud kembali turun menjadi Waspada (Level II). Letusan itu pun membuat kubah yang menyumbat jalur keluarnya lava hancur dan Kelud memiliki kawah kering.