5 Momentum Rasulullah SAW Mengalami Kesedihan yang Parah

Rasulullah SAW adalah teladan terbaik sepanjang masa

republika
Nabi Muhammad (ilustrasi). Rasulullah SAW adalah teladan terbaik sepanjang masa
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Salah satu sifat jaiz (boleh) Rasulullah SAW sebagai manusia biasa adalah sedih. Rasulullah SAW juga pernah mengalami kesedihan. 

Berikut ini lima kondisi ketika Rasulullah SAW mengalami kesedihan yang akut sebagaimana dikutip Republika.co.id dari Alukah:

Baca Juga



Pertama, Nabi SAW bersedih ketika wahyu sempat terputus.

عن عَائِشَةَ رضي الله عنها قالت: كَانَ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا، إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، فَكَانَ يَلْحَقُ بِغَارِ حِرَاءٍ، فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ قَبْلَ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ ي يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ، فَيَتَزَوَّدُ بِمِثْلِهَا، حَتَّى فَجِئَهُ الحَقُّ، وَهْوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ المَلَكُ؛ فَقَالَ: اقْرَأْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «مَا أَنَا بِقَارِئٍ...». وَفَتَرَ الوَحْيُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم

Dari Aisyah RA, dia berkata, "Hal pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar dalam tidurnya. Tidaklah beliau melihat suatu penglihatan kecuali ia datang seperti fajar menyingsing, kemudian beliau tertarik untuk menyendiri, lalu beliau menyepi ke Gua Hira dan bermunajat sebelum kembali kepada keluarganya dan membawa bekal selama beraktivitas di sana, Kemudian beliau kembali kepada Khadijah dan melakukan hal yang sama, hingga datanglah kebenaran kepada beliau ketika berada di Gua Hira’, lalu malaikat datang kepada beliau dan berkata, "Bacalah! "Bacalah. Nabi (SAW) berkata, "Aku bukan seorang pembaca." Wahyu terputus beberapa saat hingga Nabi SAW merasa sedih." (HR Bukhari dan Muslim).

Nabi Muhammad SAW sangat sedih dengan penundaan wahyu, dan merasa tertekan dengan ketiadaan wahyu tersebut, karena khawatir kenabiannya akan terhenti, dan nikmat Allah akan dicabut darinya. Kemudian sesuatu terjadi pada beliau yang mengukuhkan kenabiannya dan menghilangkan keraguan dengan pasti.

BACA JUGA: 'Israel Telah Menjadi Bahan Tertawaan di Timur Tengah'

Dari Jabir RA, dia berkata, "Rasulullah SAW ketika menceritakan masa turunnya wahyu, beliau bersabda, "Ketika aku sedang berjalan, aku mendengar suara dari langit, aku mengangkat kedua mataku, maka aku melihat malaikat yang membawaku ke Hira', duduk di atas kursi di antara langit dan bumi, aku merasa takut kepadanya, lalu aku kembali dan berkata, "Selimutilah aku. Selimutilah aku.” Allah mewahyukan Surat al-Muddatsir 1-5.

Turunnya ayat-ayat ini adalah untuk memberitahukan kenabian Nabi Muhammad SAW dan membebankan kepadanya untuk memikul risa;ah agama ini serta menunaikan tugas dakwah dan pemberitaan.

Empat Makna Penting dalam Ayat Laqod Jaakum terkait Nabi Muhammad - (Republika)

 

Hikmah jeda turunnya wahyu adalah untuk menghilangkan rasa takut yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadikannya bersemangat untuk kembali.

Kedua, Nabi SAW merasa sedih dengan kurangnya respons dakwah dari umatnya.

عن عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّهَا قَالَتْ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ، كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ؟ قَالَ: لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ، وَكَانَ أَشَدُّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ العَقَبَةِ؛ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلاَلٍ، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلاَّ وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ

Dari Aisyah RA dia berkata kepada Nabi SAW, "Apakah telah datang kepadamu suatu hari yang lebih dahsyat daripada hari Uhud?" Beliau bersabda, "Telah aku temui dari kaummu apa yang telah aku temui dari mereka, dan yang paling dahsyat adalah apa yang telah aku temui dari mereka adalah pada hari Aqabah, ketika aku menawarkan jiwaku kepada Ibnu Yalil, putra Ibnu Kallal, dan dia tidak menjawab apa yang aku inginkan, maka aku pergi dalam keadaan sempoyongan, dan aku tidak terbangun kecuali setelah berada di tanduk Thalut."”(HR Bukhari Muslim).

Kesedihan ini semakin memuncak setelah kematian pamannya, Abu Thalib dan istrinya, Khadijah RA- dan tahun ini disebut sebagai tahun kesedihan. Kemudian Nabi juga terus menderita musibah dari kaumnya, yang berani mencelakakan beliau.

Setelah wafatnya Abu Thalib, beliau semakin tertekan hingga beliau sempat putus asa dari mereka dan pergi ke Taif, dengan harapan mereka akan menjawab seruannya, atau melindunginya dan mendukungnya dari kaumnya, namun beliau tidak melihat seorang pun yang melindunginya dan tidak pula seorang pun yang mendukungnya, bahkan mereka menyakitinya dengan sangat kejam, dan beliau mendapatkan apa yang tidak didapatkan oleh kaumnya dari beliau.

BACA JUGA: KFC dan Pizza Hut di Turki Alami Kebangkrutan Akibat Gerakan Boikot Produk Pro Israel 

Ketiga, Nabi SAW berduka atas tujuh puluh orang qari yang dibunuh secara keji.

عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: «جَاءَ نَاسٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالُوا: أَنِ ابْعَثْ مَعَنَا رِجَالاً يُعَلِّمُونَا الْقُرْآنَ وَالسُّنَّةَ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ سَبْعِينَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ، يُقَالُ لَهُمُ القُرَّاءُ. فَبَعَثَهُمُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِلَيْهِمْ، فَعَرَضُوا لَهُمْ بِبِئْرِ مَعُونَةَ، فَقَتَلُوهُمْ وَغَدَرُوا بِهِمْ قَبْلَ أَنْ يَبْلُغُوا المَكَانَ

Anas bin Malik RA meriwayatkan, "Ada beberapa orang yang mendatangi Nabi SAW dan berkata, "Kirimkanlah kepada kami beberapa orang untuk mengajarkan Alquran dan sunnah kepada kami," maka beliau mengutus tujuh puluh orang dari kalangan Anshar, yang dikenal dengan sebutan para penghapal Alquran. Nabi SAW mengutus mereka, lalu mereka bertemu dengan orang-orang Quraisy di sumur Maunah, lalu mereka membunuh dan mengkhianati Nabi SAW sebelum sampai ke sana." (HR Bukhari Muslim).

Penjelasan tentang cobaan yang dialami Nabi Muhammad yang sangat berat - (Republika)

Anas bahkan menuturukan Rasulullah SAW membaca qunut dalam sholatnya selama sebulan ketika para penghafal Alquran itu dibunuh. “Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW bersedih lebih dari itu.”

Keempat, Kesedihannya atas terbunuhnya Zaid bin Haritsah, Ja'far, dan Ibnu Rawahah dalam perang Mutah.

عن عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: (لَمَّا جَاءَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَتْلُ ابْنِ حَارِثَةَ، وَجَعْفَرِ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَوَاحَةَ - رضي الله عنهم - جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعْرَفُ فِيهِ الحُزْنُ. وَأَنَا أَنْظُرُ مِنْ صَائِرِ البَابِ [أي: شَقِّ البَابِ]. فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ نِسَاءَ جَعْفَرٍ - وَذَكَرَ بُكَاءَهُنَّ

Aisyah RA berkata, "Ketika Rasulullah SAW mendengar tentang terbunuhnya Ibnu Harits, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Ruwah radhiyallah anhum, Rasulullah SAW duduk sambil menunjukkan tanda-tanda kesedihan. Aku melihat dari sisi pintu seorang laki-laki datang kepada beliau dan berkata, "Wahai Rasulullah, para wanita Ja'far - dan dia menyebutkan tangisan mereka.” (HR Bukhari Muslim).

Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary mengomentari kejadian ini bahw dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa munculnya kesedihan pada diri seseorang ketika dia tertimpa musibah tidak akan mengeluarkannya dari kesabaran dan keridhaan, jika hatinya tenteram.

Bahkan dapat dikatakan bahwa orang yang terganggu dengan musibah dan dia bersabar, maka derajatnya lebih tinggi daripada orang yang tidak peduli dengan musibah sama sekali.

BACA JUGA: Perlawanan Hamas Bentuk Jihad atau Terorisme? Ini Jawaban Tegas Guru Besar Al-Azhar Mesir

Kelima, Nabi SAW berkabung untuk pamannya, Hamzah RA.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَرَّ بِنِسَاءِ عَبْدِ الأَشْهَلِ، يَبْكِينَ هَلْكَاهُنَّ يَوْمَ أُحُدٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «لَكِنَّ حَمْزَةَ لاَ بَوَاكِيَ لَهُ». فَجَاءَ نِسَاءُ الأَنْصَارِ يَبْكِينَ حَمْزَةَ. فَاسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: «وَيْحَهُنَّ! مَا انْقَلَبْنَ بَعْدُ؟ [أي: مَا انْصَرَفْنَ بَعْدُ؟] مُرُوهُنَّ فَلْيَنْقَلِبْنَ، وَلاَ يَبْكِينَ عَلَى هَالِكٍ بَعْدَ اليَوْمِ»

Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, "Rasulullah SAW pernah melewati para wanita 'Abdu'l Asyhal yang sedang menangisi kepergiannya pada hari Uhud. Rasulullah SAW bersabda, "Bagi Hamzah, tidak ada yang menangisinya." Para wanita Anshar datang menangisi Hamza. Rasulullah SAW, bangun dan berkata, "Celakalah mereka! Suruhlah mereka pergi, dan jangan menangisi seseorang yang akan binasa setelah hari ini." (HR Ibnu Majah). Hadits ini menunjukkan bolehnya menangis karena kematian seseorang yang dilarang adalah tangisan yang dibarengi dengan perkara yang diharamkan.

Lima sikap mulia Rasulullah SAW (ilustrasi) - (republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler