Dulu Mesra, Kini Trump Sebut Zelenskyy Diktator

AS kian menunjukkan kecondongannya ke arah Rusia belakangan.

AP
Presiden Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di hotel InterContinental Barclay New York selama Majelis Umum PBB di New York pada 2019.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sempat menjadi anak emas Amerika Serikat pada masa pemerintahan Joe Biden. Kini ia justru terlibat perang kata-kata dengan presiden yang baru, Donald Trump.

Baca Juga


Hubungan antara Zelenskyy dan Donald Trump memburuk dengan cepat pada Rabu ketika Zelensky mengatakan Trump hidup di “ruang disinformasi” buatan Rusia. Sedangkan Trump menyebut Zelenskyy sebagai “diktator tanpa pemilu” dalam komentarnya yang pasti akan mempersulit upaya untuk mengakhiri perang.

Zelensky juga mengatakan dia ingin tim Trump “lebih jujur” saat ia memberikan tanggapan pertamanya terhadap serangkaian klaim mengejutkan yang dibuat Trump sehari sebelumnya, termasuk pernyataan palsu bahwa Kyiv adalah pihak yang harus disalahkan atas perang tersebut, yang akan memasuki tahun keempat pada pekan depan.

Komentar-komentar tersebut merupakan pertikaian yang mengejutkan antara para pemimpin kedua negara yang telah menjadi sekutu setia dalam beberapa tahun terakhir di bawah pemerintahan pendahulu Trump. Ketika mantan Presiden Joe Biden menjabat di Gedung Putih, AS memberikan peralatan militer penting kepada Kyiv untuk menangkis invasi dan menggunakan kekuatan politiknya untuk membela Ukraina dan mengisolasi Rusia di panggung dunia.

Pemerintahan Trump telah mulai memetakan arah baru, menjangkau Rusia dan mendorong kesepakatan damai. Para pejabat senior dari kedua negara mengadakan pembicaraan pada hari Selasa untuk membahas peningkatan hubungan, merundingkan diakhirinya perang dan kemungkinan mempersiapkan pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah hubungan yang membeku selama bertahun-tahun.

Presiden AS Joe Biden menyambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) di Gedung Putih di South Lawn, di Washington DC, AS, 21 Desember 2022 di Washington. - (EPA-EFE/Oliver Contreras/Sipa USA)

Trump mengecam Zelenskyy dalam sebuah postingan di media sosial yang tampaknya merujuk pada fakta bahwa Ukraina telah menunda pemilu karena invasi dan pemberlakuan darurat militer sesuai dengan Konstitusi Ukraina. Trump menyarankan Ukraina harus mengadakan pemilu.

Trump juga menyebut Zelenskyy sebagai “seorang komedian yang cukup sukses” yang “membujuk Amerika Serikat agar menghabiskan 350 miliar dolar, untuk terlibat dalam perang yang tidak dapat dimenangkan, yang tidak pernah harus dimulai, namun sebuah perang yang, tanpa AS dan ‘TRUMP,’ tidak akan pernah bisa diselesaikannya.”

Presiden melanjutkan dengan mengatakan bahwa satu-satunya hal yang “baik” dilakukan oleh Zelenskyy adalah mempermainkan Biden ‘seperti biola.’” Ia menyarankan Zelenskyy untuk “bergerak cepat atau dia tidak akan memiliki negara yang tersisa.”

Dia kemudian mengulangi banyak kritik terhadap Zelenskyy, yang menurutnya telah melakukan “pekerjaan buruk,” dalam pidatonya sebelum pertemuan para eksekutif bisnis di Miami yang diselenggarakan oleh dana kekayaan negara Arab Saudi.

Sementara itu, Putin menyatakan ingin bertemu dengan Trump.

Tentara Rusia melintasi perbatasan pada 24 Februari 2022, dalam invasi besar-besaran yang ingin dibenarkan oleh Putin dengan secara keliru menyatakan bahwa invasi tersebut diperlukan untuk melindungi warga sipil di Ukraina timur. Ia juga menuduh AS dan sekutunya mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow. Ukraina dan sekutunya mengecam serangan itu sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan.


“Saya ingin mengadakan pertemuan, namun perlu dipersiapkan agar dapat membuahkan hasil,” kata Putin pada Rabu dalam pidatonya yang disiarkan televisi. Dia menambahkan bahwa dia akan “senang” bertemu dengan Trump tetapi mencatat bahwa Trump telah mengakui bahwa penyelesaian Ukraina bisa memakan waktu lebih lama dari yang dia perkirakan sebelumnya.

Pemimpin Rusia itu memuji pembicaraan hari Selasa antara pejabat senior Rusia dan AS di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, sebagai sesuatu yang “sangat positif.” Dia mengatakan para pejabat yang ambil bagian dalam perundingan tersebut menggambarkan delegasi AS kepadanya sebagai “orang-orang yang benar-benar berbeda dan terbuka terhadap proses negosiasi tanpa bias apa pun, tanpa kecaman apa pun atas apa yang dilakukan di masa lalu,” dan bertekad untuk bekerja sama dengan Moskow.

Putin mengatakan “tujuan dan pokok bahasan” pembicaraan hari Selasa “adalah pemulihan hubungan Rusia-AS.”

“Tanpa meningkatkan tingkat kepercayaan antara Rusia dan Amerika Serikat, tidak mungkin menyelesaikan banyak masalah, termasuk krisis Ukraina. Tujuan pertemuan ini justru untuk meningkatkan kepercayaan antara Rusia dan Amerika Serikat,” kata Putin.

Dia menepis keluhan Zelenskyy tentang Ukraina yang tidak diikutsertakan dalam perundingan AS-Rusia di tengah kekhawatiran yang lebih besar bahwa kesepakatan yang terbentuk dapat merugikan Kyiv. Putin mengatakan reaksi Kyiv “tidak berdasar.”

“Presiden Trump mengatakan kepada saya selama percakapan telepon kami bahwa Amerika Serikat berasumsi bahwa proses negosiasi akan melibatkan Rusia dan Ukraina,” kata Putin. “Tidak ada yang akan mengecualikan Ukraina dari perjanjian ini.”

 

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa menyangkal legitimasi demokrasi Zelenskyy adalah hal yang “salah dan berbahaya”. Jerman telah menjadi pemasok senjata terbesar kedua bagi Kyiv setelah AS.

“Bahwa tidak ada pemilu yang tertib dapat diselenggarakan di tengah perang, hal ini sesuai dengan ketentuan Konstitusi Ukraina dan undang-undang pemilu. Tidak seorang pun boleh mengatakan hal berbeda,” kata Scholz kepada outlet berita Der Spiegel.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer berbicara pada hari Rabu kepada Zelenskyy dan “menekankan perlunya semua orang untuk bekerja sama,” menurut kantor Starmer, yang menambahkan bahwa “sangat masuk akal” untuk menunda pemilu selama masa perang, seperti yang dilakukan Inggris selama Perang Dunia II.

Pernyataan Zelensky pada hari Rabu ini disampaikan tak lama sebelum dia bertemu dengan Keith Kellogg, utusan khusus AS untuk Ukraina dan Rusia sebagai bagian dari upaya diplomatik pemerintah baru-baru ini.

Pada konferensi pers hari Selasa, Trump menunjukkan sedikit kesabaran atas keberatan Ukraina karena tidak dilibatkan dalam pembicaraan antara diplomat Amerika dan Rusia di Arab Saudi. Dia juga mengatakan, tanpa memberikan sumbernya, bahwa tingkat dukungan terhadap Zelenskyy mencapai 4 persen, sambil mengatakan kepada wartawan bahwa Ukraina “seharusnya tidak pernah memulai” perang dan “bisa saja membuat kesepakatan” untuk mencegahnya.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, bertemu dengan Menlu Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, dan Menlu Rusia Sergei Lavrovdi Istana Diriyah, di Riyadh, Arab Saudi, Selasa 18 Februari 2025. - ( Evelyn Hockstein/Pool Photo via AP)

Zelenskyy menjawab pada konferensi persnya pada hari Rabu: “Kami telah melihat disinformasi ini. Kami memahami bahwa itu berasal dari Rusia.” Dia mengatakan bahwa Trump “hidup di ruang disinformasi ini.”

Zelenskyy mengatakan dia berharap Kellogg akan mengunjungi Kyiv dan bertanya kepada warga Ukraina “apakah mereka mempercayai presiden mereka? Apakah mereka mempercayai Putin? Biarkan dia bertanya tentang Trump, apa pendapat mereka setelah pernyataan yang dibuat oleh presiden mereka.”

Pemimpin Ukraina juga merujuk pada “cerita” bahwa 90 persen dari seluruh bantuan yang diterima Ukraina berasal dari Amerika Serikat. Ia mengatakan, misalnya, sekitar 34 persen dari seluruh senjata di Ukraina diproduksi di dalam negeri dan lebih dari 30 persen dukungan berasal dari Eropa.

TV pemerintah Rusia dan media lain yang dikendalikan negara bereaksi dengan gembira atas apa yang mereka gambarkan sebagai sikap dingin Trump terhadap Zelenskyy. “Trump bahkan tidak berusaha menyembunyikan kekesalannya terhadap Zelenskyy,” kata saluran Rossiya di bagian atas siaran beritanya.

“Trump mengecam Zelensky atas keluhannya mengenai perundingan dengan Rusia,” kata harian Komsomolskaya Pravda. Di medan perang, serangan gencar tanpa henti di wilayah timur oleh pasukan Rusia yang lebih besar menghancurkan pasukan Ukraina, yang perlahan tapi terus-menerus dipukul mundur di beberapa titik di garis depan sepanjang 1.000 kilometer.

sumber : Associated Press
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler