Netanyahu Dituding Rekayasa Peledakan Tiga Bus Kosong di Tel Aviv, Ini Kata Analis Israel
Analis bertanya siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari peledakan bus tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM — Tiga bus kosong yang baru saja meledak di daerah Bat Yam, selata Tel Aviv, Kamis (20/2/2025) malam, dinilai tak lepas dari kemungkinan rekayasa yang menyesatkan. Para analis mengungkapkan, peristiwa itu tak bisa dilepaskan dengan ketegangan internal di dalam negeri Israel setelah kembalinya empat jenazah tawanan di dalam peti mati yang terbunuh oleh bom-bom Israel.
Kembalinya jenazah-jenazah tersebut pada Kamis sebelum ledakan, memancing tuduhan publik, terutama keluarga tawanan, kepada Pemerintah Israel yang mengkhianati mereka.
Penulis masalah Israel, Ihab Jabarin mempertanyakan kesimpulan Israel yang cepat bahwa ledakan-ledakan tersebut bersifat 'nasionalistik'. Dia pun bertanya-tanya siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari peledakan bus-bus tanpa penumpang pada hari di mana semua mata tertuju kepada Israel setelah serah terima jasad para tawanan.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Al-Jazeera Arab, Jabarin mengingatkan akan kejadian-kejadian pengeboman biasa pada tahun-tahun sebelumnya, yang tidak diklaim oleh pihak manapun. Dia mengungkapkan, hal yang menonjol pada saat itu adalah pemilihan waktunya. Israel menggunakan peristiwa-peristiwa ini ketika mereka menghadapi krisis politik dan sering menggunakannya sebagai dalih.
Jabarin berspekulasi Israel mungkin mengeksploitasi ledakan-ledakan tersebut untuk memperkuat narasi dan mengejar ambisinya di Tepi Barat, bersamaan dengan keinginannya untuk mencapai tujuannya dalam perang melawan Gaza dan melucuti perlawanan, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Jumat (21/2).
Menurut Jabarin, ledakan-ledakan tersebut dapat mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memberhentikan kepala Shin Bet, Ronen Bar, menyusul 'kesuksesan' sebelumnya Netanyahu bersama koalisi sayap kanan yang membuat Kepala Staf Herzl Halevi mundur.
Jabari yang memang memiliki spesialisasi masalah Israel berbicara tentang penghinaan yang jelas terhadap situasi ini. Dia menyimpulkan bahwa ada “pembesar-besaran sistematis atas kemampuan Palestina yang mengeklaim bahwa mereka mengancam eksistensi negara nuklir.”
Pada Kamis malam, polisi Israel melaporkan adanya ledakan di tiga bus di daerah Bat Yam, sebelah selatan Tel Aviv. Mereka menyatakan bahwa lima alat peledak ditanam di selatan Tel Aviv, beberapa di antaranya meledak. Polisi menambahkan bahwa ledakan bus tersebut dicurigai bermotif nasionalisme.
Media Israel melaporkan, investigasi awal menunjukkan bahwa ledakan-ledakan tersebut disebabkan oleh bahan peledak. Polisi melakukan pencarian dan penyisiran terhadap para tersangka yang mungkin telah menanam bahan peledak tersebut di dalam bus-bus tersebut.
Pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna mencatat bahwa respon Israel terhadap ledakan-ledakan tersebut mengindikasikan adanya kepanikan. Menurut dia, ledakan tersebut menunjukkan kegagalan intelijen Israel dalam meminta para sopir bus untuk mencari bahan peledak.
Dia mengkritik bagaimana reaksi kepolisian Israel tentang bom yang telah dijinakkan dan fokusnya pada tulisan Arab di bom tersebut. Dia menyatakan bahwa hal ini tidak masuk akal dari sudut pandang militer.
Hanna tidak menutup kemungkinan bahwa ledakan tersebut merupakan rekayasa dan upaya menyesatkan, mengingat tidak ada korban luka atau korban jiwa, untuk mencapai tujuan di masa depan. Ia menyamakannya dengan percobaan pembunuhan duta besar Israel di London pada tahun 1982, yang dituduhkan kepada Palestina sebagai dalih untuk menginvasi Beirut.
Surat kabar Israel, Jerusalem Post, mengutip polisi Israel, mengatakan bahwa serangan tersebut tampaknya bersifat ‘teroris’ karena tiga alat peledak ditemukan di tiga bus kosong.
Channel 12 melaporkan bahwa dua bom yang tidak meledak ditemukan di dua lokasi lainnya.
Situs berita Walla mengutip sumber-sumber yang mengatakan bahwa alat peledak yang ditemukan di selatan Tel Aviv dimaksudkan untuk diledakkan secara bersamaan pada hari Jumat pagi. Radio militer Israel melaporkan bahwa penilaian keamanan saat ini mengindikasikan bahwa percobaan pengeboman tersebut berasal dari Tepi Barat.
Operasi militer Israel di kamp-kamp pengungsi Tepi Barat bagian utara telah berlangsung selama satu bulan, di mana puluhan orang Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, telah terbunuh. Pasukan Israel juga telah menghancurkan sebagian besar wilayah kamp-kamp Tulkarm, Nour Shams, dan Jenin, menghancurkan dan membakar ratusan rumah, serta memaksa puluhan ribu warga Palestina mengungsi.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa ia telah menginstruksikan tentara untuk meningkatkan penyerangan di kamp pengungsi Tulkarm dan semua kamp di Tepi Barat.
Surat kabar Israel, Israel Hayom, melaporkan bahwa seorang pejabat senior di kantor Perdana Menteri mengatakan, Netanyahu melihat ledakan-ledakan tersebut dengan keprihatinan yang mendalam. Perdana Menteri yang mendapat status sebagai penjahat perang dari Mahkamah Pidana Internasional tersebut akan memerintahkan sebuah operasi ofensif yang keras di Tepi Barat.