Tantangan Teknologi Pembelajaran pada Pendekatan Deep Learning?
Penerapan teknologi dalam pendekatan deep learning menghadapi berbagai tantangan.
Oleh : Hastri Rosiyanti, Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika UPI Bandung dan Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan teknologi membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan, terutama dalam pembelajaran matematika. Teori pembelajaran berbasis teknologi didukung oleh konsep seperti konstruktivisme, kognitivisme, dan pendekatan yang memanfaatkan kemajuan digital. Integrasi teknologi dalam pembelajaran matematika memungkinkan siswa belajar lebih efektif dibandingkan metode konvensional tanpa dukungan digital. Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam memastikan pemahaman siswa terhadap materi benar-benar optimal, bukan sekadar berfokus pada penggunaan teknologi semata.
Dalam konteks ini, teori perkembangan kognitif dari Piaget, Vygotsky, dan Bruner, serta paradigma konstruktivisme, memainkan peran penting dalam memahami bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran matematika. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak terjadi melalui tahapan sistematis, sehingga teknologi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dan scaffolding dalam pembelajaran, yang dapat difasilitasi oleh teknologi seperti e-learning dan perangkat lunak interaktif. Sementara itu, Bruner menyoroti peran representasi dalam memahami konsep, yang dapat didukung oleh alat visualisasi seperti GeoGebra dan Mathematica.
Seiring dengan perkembangan kebijakan pendidikan di Indonesia, pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) telah diadopsi dalam kurikulum nasional. Pendekatan ini menekankan pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam dalam cakupan materi yang lebih sempit. Siswa didorong untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, menjelajahi topik secara mendalam, dan menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan prinsip konstruktivisme yang mendorong siswa membangun pemahaman melalui pengalaman langsung.
Namun, penerapan teknologi dalam pendekatan deep learning menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesiapan infrastruktur teknologi di sekolah. Tidak semua institusi pendidikan memiliki akses memadai terhadap perangkat keras dan perangkat lunak canggih yang mendukung pembelajaran berbasis teknologi. Keterbatasan ini dapat menghambat penerapan pembelajaran mendalam secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Tantangan lainnya adalah kompetensi digital guru. Meskipun teknologi canggih tersedia, efektivitasnya sangat bergantung pada kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi tersebut. Pelatihan berkelanjutan menjadi penting agar guru dapat memahami dan menerapkan metode pembelajaran mendalam berbasis teknologi dengan efektif. Selain itu, kurikulum harus dirancang secara fleksibel agar dapat menyesuaikan perkembangan teknologi dan kebutuhan siswa.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan interaksi manusia. Meskipun teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) mampu menganalisis pola belajar siswa dan memberikan umpan balik otomatis, interaksi langsung antara siswa dan guru tetap penting untuk membangun keterampilan sosial dan emosional. Guru perlu memastikan bahwa teknologi menjadi alat bantu yang melengkapi pembelajaran, bukan menggantikan peran pendidik.
Penerapan pembelajaran mendalam juga menghadapi tantangan dalam hal evaluasi hasil belajar. Pendekatan ini menekankan pemahaman konseptual dan kemampuan berpikir kritis, sehingga metode evaluasi tradisional berbasis tes tertulis mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kemajuan belajar siswa. Dibutuhkan metode penilaian autentik yang dapat mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara nyata dan menyelesaikan masalah kompleks.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pendekatan deep learning dalam pembelajaran matematika memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai, peningkatan kompetensi digital guru, dan desain kurikulum yang adaptif, pembelajaran berbasis teknologi dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini dan mewujudkan visi pendidikan yang berkualitas dan inklusif.