Mengapa Banjir di Bekasi Lebih Besar Dibandingkan 2020, Ini Penjelasan BPBD
Curah hujan yang tinggi ditambah kiriman dari Bogor membuat banjir besar di Bekasi.
REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Banjir di Kota Bekasi pada Selasa (4/3/2025) dinilai lebih besar dibandingkan pada 2020 lalu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bekasi menilai banjir murni disebabkan oleh air kiriman dari hulu.
Belum ada kajian terkait seberapa pengaruh penurunan air tanah yang menyebabkan penurunan muka tanah terhadap banjir yang terjadi di 20 titik.
“Enggak, yang pasti emang curah hujan yang tinggi di hulu. Di Jibongas sama Cileungsi, Bogor,” kata kepala BPBD Bekasi, Prihadi Santoso saat ditemui di posko pengungsian Pondok Gede Permai, Rabu (5/3/2025).
Selain kiriman, kata ia, ada juga faktor cuaca yang mempengaruhi debit air tidak turun sehingga mengakibatkan banjir.
“Karena Senin kan udah tinggi juga, ya (curah hujannya) Terus air yang Senin belum habis semua, ditimpa lagi, hujan gede lagi dari atas,” katanya.
Disinggung apakah penyebab lain banjir karena faktor berkurangnya resapan air? Ia tak bisa menjawab gamblang. Pasalnya, belum pernah ada kajian terkait penurunan muka tanah.
“Kalau itu harus Betul-betul ada kajian khusus, ya. Ada pengurangan tanah nggak, ya. Tapi kalau selama ini belum ada, belum pernah tersampaikan, ya,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto. Ia mengatakan banjir kali ini memang berbeda dan lebih besar dibandingkan 2020 lalu.
“2020 itu kondisi kota Bekasi tidak hujan tapi murni betul-betul kiriman. Sehingga memang dampak fasilitasnya cukup tinggi. Nah kalau ini kan kita dimulai dengan ada satu proses nih, hujan dulu nih yang cukup panjang. Nah yang terjadi adalah lebih banyak terjebak. Karena tidak meyakini bahwa ini sebesar ini gitu loh,” katanya.
Selain itu, ia juga mengatakan penyebab terbesarnya banjir di Bekasi murni karena kiriman air dari hulu bukan karena tanggul jebol. “Bukan, karena limpasan saja sehingga air nturun ke Bekasi,” katanya.
Tanggap darurat
Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi resmi menetapkan status tanggap darurat bencana banjir yang terjadi di 8 kecamatan sejak Senin (3/3/2025) kemarin hingga Rabu (5/3/2025).
Status tanggap darurat tertuang dalam putusan Wali Kota Bekasi nomor 400.9.10/Kep.135.BPBD/III/2025 tanggal 4 Maret. Data yang diterima dari BPBD Jabar, banjir terjadi di Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Bekasi Barat. Kecamatan Jatiasih, Pondokgede, Rawalumbu dan Kecamatan Bantargebang.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Bambang Imanudin mengatakan sebanyak 61.223 jiwa terdampak, serta terdapat 132 titik banjir. Sebanyak 49 titik dapur umum didirikan dan 65 titik evakuasi.
"Pemkot Bekasi telah menetapkan status tanggap darurat melalui keputusan Wali Kota Bekasi," ucap dia saat dikonfirmasi, Rabu,(5/3/2025).
Di Kecamatan Bekasi Timur terdapat tiga kelurahan yang terdampak banjir dengan titik banjir sebanyak 25. Jumlah warga yang mengungsi sebanyak 21.234 orang dan 30 titik evakuasi atau pengungsian.
Di Kecamatan Bekasi Selatan total 5 kelurahan terdampak banjir dengan 40 titik banjir. Warga terdampak membutuhkan bantuan semisal susu, mampers, air mineral dan lainnya.
Di Kecamatan Bekasi Utara, terdapat 13 titik banjir dengan jumlah warga terdampak 6.417 jiwa. Di Kecamatan Bekasi Barat terdapat 5 kelurahan yang terdampak banjir dengan 42 titik banjir.
Sedangkan di Kecamatan Jatiasih daerah terdampak parah merendam 7 perumahan dengan luas 145,7 hektar. Selain itu terdapat tujuh titik banjir dan 16.733 orang terdampak dan mengungsi.
Di Kecamatan Pondokgede terdapat 14 titik banjir di 4 kelurahan. Sebanyak 7.651 jiwa terdampak banjir dan banjir sudah surut serta warga tidak mengungsi. Kecamatan Rawalumbu terdapat 21 titik banjir dengan 10.378 warga terdampak.
Terakhir di Kecamatan Bantargebang, terdapat satu kelurahan terdampak banjir. Dengan warga terdampak sebanyak 199 orang.