Anak Habibie Angkat Bicara tentang Penguatan Teknologi dan Indonesia Maju
Ilham Habibie mengimbau penguatan sinergi riset-industri untuk Indonesia Maju.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Teknologi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Ilham Habibie menilai penguatan kerja sama antara dunia penelitian dan sektor industri bernilai penting untuk dilakukan apabila Indonesia ingin menjadi negara maju.
"Kalau kita mau menjadi negara maju, semua negara maju itu kuat dalam hal kerja sama di antara penelitian, pengembangan, inovasi dengan sektor industri atau ekonomi pada umumnya," ujar Ilham.
Hal tersebut dia sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Penerapan Sistem Fatobioreaktor Mikroalga dan Renewable Energy untuk Carbon Capture Utilization Storage Antara Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN dengan PT Alam Semesta Integra di Kantor BRIN, Jakarta, Senin.
Namun, ia mengakui bahwa Indonesia saat ini mencapai mengembangkan sinergi tersebut. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa arah kebijakan ke depan harus berfokus pada peningkatan kolaborasi seperti itu.
"Itu kita belum sekuat itu, harus kita akui, tapi kita harus ke arah situ," kata dia menambahkan.
Dengan kerja sama yang lebih erat antara dunia riset dan industri, Ilham mengaku optimistis bahwa Indonesia dapat mempercepat kemajuan teknologi dan ekonomi.
Sejalan dengan hal itu, dia menyambut baik sekaligus mengapresiasi sinergi antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama PT Alam Semesta Integra. Diketahui, sinergi kedua belah pihak itu terkait dengan pengembangan teknologi Fotobioreaktor Mikroalga dan Energi Terbarukan.
Pengembangan teknologi tersebut dilakukan untuk mendukung penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Utilization Storage/CCUS).
Teknologi yang dikembangkan itu akan memanfaatkan mikroalga sebagai solusi alami dan inovatif untuk menangkap karbon dari atmosfer, sekaligus menghasilkan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu, teknologi yang dihasilkan dari kerja sama itu, yakni Olimpus berpotensi untuk diterapkan di berbagai lokasi strategis seperti SPBU, terminal, area publik, dan kawasan industri. Tempat-tempat itu merupakan lokasi dengan tingkat emisi karbon cenderung tinggi.
“Kemitraan seperti ini adalah bukti nyata bahwa tantangan global, misalnya perubahan iklim, hanya dapat diatasi melalui kolaborasi lintas sektor. Riset dan inovasi harus berjalan beriringan dengan implementasi di dunia industri agar solusi yang dihasilkan benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan," ujar dia.
Belajar dari Habibie
Sebagai aktor yang pernah berperan sebagai Bacharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie dalam film, Reza Rahadian mengaku belajar banyak dari presiden ketiga Republik Indonesia itu.
"Nilai-nilai kepada saya sebagai aktor, sebagai individu, dia mengajarkan saya banyak tentang cinta," kata Reza dalam konferensi pers tentang pembukaan Wisma Habibie Ainun di Jakarta, Kamis.
"Saya mencintai pekerjaan saya semakin dalam, dan perspektif saya melihat kehidupan dan kecintaan pada bangsa ini, dan itu saya bisa bilang tidak mungkin lepas dari peran seorang eyang," katanya.
Reza menyebut kesempatan untuk mengenal B.J. Habibie sebagai keberuntungan dan pengalaman yang sangat berarti baginya.
Dia belajar banyak dari B.J. Habibie selama melakukan pendalaman karakter untuk perannya dalam film, dan merasa sangat senang ketika tokoh yang dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia itu menganggapnya sebagai cucu.
Reza menghadapi banyak tantangan dan tekanan ketika memerankan tokoh Habibie dalam film, tetapi B.J. Habibie memotivasi dia untuk berusaha melakukan yang terbaik.
"Saya sempat hampir mundur dari proyek tersebut tahun 2012. Saya diajak bicara Beliau, dia yang menguatkan saya dan bilang, 'kalau ada orang yang bicara di belakang dan meragukan artinya kamu sudah selangkah di depannya', it’s very deep, itu jadi penyemangat, api buat saya," katanya.
Reza menuturkan bahwa ketika berperan sebagai B.J. Habibie, dia tidak hanya berusaha meniru gerak-geriknya yang unik, tetapi juga berusaha memahami cerita dibaliknya.
Upaya pendalaman karakter itu membuat Reza jadi lebih mengenal B.J. Habibie, bagaimana pandangannya terhadap cinta serta caranya menghadapi masalah rumit dalam kehidupannya sebagai ayah, teknokrat, dan pejabat negara.
Reza pernah meluangkan waktu tiga hari bersama B.J. Habibie, dan menghabiskan waktu lebih dari enam jam untuk mengobrol dengannya sampai larut malam.
"Saya sangat amat beruntung bisa mengenal Beliau secara langsung, bisa menjadikan Beliau eyang dan dianggap sebagai seorang cucu, itu mengubah karier dan hidup saya," katanya.