Ramadhan Bulan Pembakaran
Jangan biarkan Ramadhan sebagai bulan pembakaran lewat begitu saja.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah hadis sahih menjelaskan keistimewaan bulan Ramadhan. "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)" (HR Imam Ahmad).
Pertanyaannya, mengapa keistimewaan dan kemuliaan ini hanya ada pada Ramadhan?
Kalau kita artikan, Ramadhan secara etimologis diambil dari bahasa Arab ramada atau ar-ramad yang berarti pembakaran. Secara terminologis berarti bulan yang di dalamnya segala macam dosa manusia di muka bumi ini dibakar dengan amal-amal saleh, seperti puasa, Tarawih, tadarus, dan amal-amal baik lainnya.
Ada juga yang memberi arti Ramadhan dari segi huruf-hurufnya. Mulai dari "ra" (rahmat), huruf "ra" pada lafaz Ramadhan berarti rahmat, dengan kata lain Ramadhan adalah bulan penuh dengan rahmat, kasih sayang Allah SWT.
Sedangkan "ma" (maghfirah), huruf "mim" pada lafaz Ramadhan berarti maghfirah. Artinya, pada bulan Ramadhan, Allah SWT menyiapkan ampunannya sehingga barang siapa dari seorang mukmin bertobat kepada-Nya maka Allah SWT akan ampuni dosa-dosanya.
Karena, pada bulan Ramadhan ampunan Allah SWT benar-benar tersedia bagi hamba-Nya yang menginginkannya.
Sementara itu, "dha" (dha'fu), huruf "dhad" pada lafaz Ramadhan bermakna dha'fu yang artinya berlipat-lipat. Artinya, jika seorang hamba Allah SWT beramal di bulan Ramadhan, ia akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat.
Terakhir, "na" (najihun minan naar), huruf "nun" pada lafaz Ramadhan memiliki makna naajihun minan naar (selamat dari neraka). Artinya, jika seorang hamba yang bisa mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadhan maka ia akan sangat berpeluang terbebas dari api neraka.
Karena, Ramadhan adalah bulan yang sangat dimuliakan Allah SWT, Ramadhan adalah bulan ampunan. Dengan mengetahui arti Ramadhan secara baik dan benar, diharapkan umat Islam menjadi paham tentang asal usul penamaan bulan suci Ramadhan dan keistimewaannya.
Karena itulah, ketika saat ini kita berada di bulan suci Ramadhan, jangan pernah sedetik pun kita lewatkan begitu saja tanpa ada ucapan dan tindakan yang positif. Jika sebelum Ramadhan mulut kita tidak terkontrol, suka menyakiti atau tidak sengaja menyakiti teman atau saudara, maka di Ramadhan ini hentikan.
Berkata baik atau jika tidak bisa, diam lebih baik. Sikap dan tindakan kita arahkan untuk hal-hal positif saja. Yang negatif hentikan sekarang juga!
Pikiran-pikiran kotor yang sebelumnya mewarnai hidup kita, saat ini hentikan dan berpikirlah untuk kebaikan dan kebenaran saja. Bukan yang lain.
Jika itu semua bisa kita jalankan dengan baik, maka Ramadhan tidak saja menjadi bulan pembakaran segala keburukan dan hal-hal negatif kita. Namun, jauh lebih penting dari itu, akan melatih dan "memaksa" kita menjadi pribadi-pribadi yang "baru". Pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Inilah kehebatan Ramadhan. Mampu melakukan transformasi diri menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pertanyaannya, mengapa banyak orang setelah Ramadhan sifat dan perilakunya masih sama, tidak ada perubahan lebih baik sama sekali?
Nah, inilah yang disindir Rasul SAW dalam salah satu hadisnya. "Berapa banyak orang berpuasa (di bulan suci Ramadhan) tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja" (HR Ibnu Majah).
Dari sinilah kita becermin diri, sudahkah Ramadhan yang setiap tahun mendatangi kita mampu mentransformasi diri menjadi pribadi-pribadi lebih baik dan mulia? Atau jangan-jangan masih sama saja.
Jika jawabannya masih sama saja maka bukan salah Ramadhannya, melainkan salah kita sendiri yang tidak mampu mengisi Ramadhan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya sesuai perintah-Nya.
Dengan bahasa lain, jangan biarkan bulan pembakaran ini lewat begitu saja tanpa adanya perubahan diri menjadi manusia lebih baik dari sebelumnya. Bahkan, menjadi manusia takwa yang menjadi impian semua orang yang berpuasa dan tujuan mulia Ramadhan (QS al-Baqarah: 183).
Ayo, kita bakar segala keburukan yang masih melekat pada kita. Kita bakar habis-habisan! Agar yang tersisa hanya kebaikan dan kebenaran saja. Ramadhan sebagai bulan transformasi diri menjadi insan takwa itu terwujud nyata.