Dapat Kiriman 18 Rudal Houthi, Kapal Induk Harry S Truman Kabur ke Utara Laut Merah

Kelompok Kapal Induk Harry S Truman menyerang simpul Houthi Yaman.

Angkatan Laut AS via AP
Sebuah pesawat diluncurkan dari USS Harry S Truman.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah membombardir Houthi Yaman, Kapal Induk kebanggaan militer Paman Sam, USS Harry S Truman, mendapat paket kiriman 18 rudal jarak jauh. Serangan yang berasal dari Houthi itu membuat kapal induk pembawa aneka pesawat tempur itu tunggang langgang 1.300 KM ke arah utara Laut Merah.

Langkah tersebut dinilai sebagai bagian dari penyelamatan diri. Kalau militer Amerika bersikeras berada di sana, maka bukan tidak mungkin, kapal induk yang kini senilai 10 miliar dolar AS itu akan menjadi rumah besar ikan di dalam laut sana.

Pemimpin gerakan Ansar Allah, Abdul-Malik al-Houthi, menegaskan bahwa "jika AS melanjutkan agresinya terhadap negara kami dalam rangka mendukung musuh Israel, maka hal itu hanya akan mendorong kami untuk menghadapi eskalasinya dengan opsi eskalasi tambahan," seraya mencatat bahwa "kami tidak akan membiarkan musuh Israel mengisolasi rakyat Palestina dengan kemitraan dan perlindungan Amerika."

Dalam pidatonya pada Senin malam, Al-Houthi menyatakan bahwa "kapal induk Amerika, setelah menyerang angkatan bersenjata kami, melarikan diri ke utara Laut Merah, sejauh 1.300 km."

Dalam konteks ini, Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka telah berhasil menargetkan kapal induk AS "Harry Truman" dua kali dalam beberapa jam, selain menggagalkan serangan udara AS yang sedang dipersiapkan terhadap Yaman.

Pemimpin gerakan Ansar Allah Yaman juga memuji pawai sejuta orang yang ia serukan hari ini di ibu kota, Sana'a, dengan menjelaskan bahwa "pesan dari rakyat kami yang terkasih, dengan demonstrasi yang sangat besar dan masif, merupakan pesan yang jelas kepada rakyat Palestina dan pesan keteguhan hati dalam menghadapi tirani dan agresi Amerika."

Al-Houthi menambahkan, "Kami menghadapi agresi Amerika dengan menargetkan kapal induk dan kapal perangnya, tetapi ketika agresinya berlanjut, kami memiliki opsi eskalasi yang lebih besar."

Ia menegaskan bahwa "melarang kapal-kapal Israel berlayar merupakan langkah awal, tetapi ketika kelaparan rakyat Palestina meningkat, kita tidak dapat tetap berada pada level ini," seraya menambahkan bahwa "kita tidak ragu ketika situasi dan tanggung jawab mengharuskan kita untuk mengambil langkah lebih besar atau tindakan yang lebih besar, dan kita siap."

Baca Juga



Pada Senin malam, koresponden Al Mayadeen di Yaman melaporkan agresi AS yang menargetkan wilayah Al-Arj di distrik Bajil di provinsi pesisir Laut Merah Al Hudaydah, di bagian barat negara itu. Serangkaian serangan udara juga menghancurkan sebuah pabrik besi di distrik Al-Salif, barat laut Al Hudaydah.

Alasan AS serang Houthi

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa "AS memberikan bantuan kepada seluruh dunia" dengan melakukan serangan udara di wilayah-wilayah yang menjadi basis Houthi di Yaman, menurut laporan pada Minggu (16/3).

Rubio menyatakan hal itu dalam rangka membela keputusan Presiden Donald Trump untuk menargetkan kelompok militan tersebut.

 

"Kami memberikan bantuan kepada seluruh dunia dengan menyingkirkan orang-orang ini dan kemampuan mereka untuk menyerang pengiriman global," kata Rubio saat tampil di program Face the Nation di CBS News.

"Itulah misinya, dan akan terus berlanjut hingga misi itu terlaksana," tambah Menlu AS.

Komentar Rubio muncul setelah pengumuman Trump pada Sabtu (15/3) di platform Truth Social miliknya bahwa dia telah memerintahkan serangan udara yang "tegas dan kuat" terhadap Houthi.

Trump menuduh Houthi telah melancarkan "kampanye pembajakan, kekerasan, dan terorisme yang tiada henti terhadap kapal, pesawat, dan drone Amerika dan negara-negara lain."

 

"Sudah lebih dari setahun sejak kapal komersial berbendera AS berlayar dengan selamat melalui Terusan Suez, Laut Merah atau Teluk Aden," tulisnya.

Dia menambahkan bahwa empat bulan lalu, kapal perang Amerika terakhir yang melewati Laut Merah "diserang oleh Houthi lebih dari selusin kali."

Trump mengatakan serangan ini telah merugikan AS dan ekonomi global "miliaran dolar" dan membahayakan "nyawa yang tidak bersalah."

Dia memperingatkan Houthi, dengan menyatakan: "Waktu kalian sudah habis, dan serangan kalian harus dihentikan, mulai hari ini. Jika tidak, neraka akan menghujani kalian seperti yang belum pernah kalian lihat sebelumnya!"

Rubio menekankan bahwa serangan udara itu tidak dimaksudkan sebagai peringatan tetapi sebagai upaya langsung untuk menetralisir kemampuan Houthi.

"Ini bukan pesan. Ini adalah upaya untuk menolak kemampuan mereka untuk terus membatasi dan mengendalikan pengiriman," katanya.

 

Menurut Rubio, kelompok yang didukung Iran itu telah "menyerang atau menyerang 174 kapal angkatan Laut AS" selama setahun terakhir, sambil juga melancarkan 145 serangan terhadap kapal pengiriman komersial.

"Jadi, pada dasarnya kami memiliki sekelompok perompak, ..., dengan persenjataan antikapal presisi terarah dan sistem tol yang ketat di salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia. Itu tidak berkelanjutan," kata Rubio.

Houthi memperingatkan Israel pada 7 Maret untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza dalam waktu empat hari atau menghadapi operasi maritim baru terhadap kapal-kapal yang terkait Israel.

AS melancarkan serangan udara di wilayah Houthi saat Trump memperingatkan konsekuensi berat jika kelompok yang didukung Iran itu melanjutkan serangannya terhadap pengiriman Laut Merah.

Houthi telah menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel yang melewati Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden dengan rudal dan pesawat nirawak sejak akhir 2023, mengganggu perdagangan global atas apa yang dikatakannya sebagai bentuk solidaritas dengan Jalur Gaza.

Kelompok itu menghentikan serangan ketika gencatan senjata Gaza dideklarasikan pada Januari antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Namun, mereka mengancam akan melanjutkan serangan ketika Israel memblokir semua bantuan ke Gaza pada 2 Maret.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler