Media Arab: Dua Pasukan Khusus Israel Tewas Terkena Ledakan Ranjau Hamas

Dua pasukan khusus Israel itu bertugas menghancurkan terowongan di Gaza Palestina

AP Photo/Maya Alleruzzo
Pasukan Israel menggotong peti mati perwira IDF yang tewas.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Nasib sial dialami pasukan khusus Israel. Mereka yang bertugas menghancurkan terowongan di Gaza ternyata terkena ranjau yang ditanam pasukan Brigade al Qassam Hamas. 

Baca Juga


Dalam keadaan sudah memasuki sebuah terowongan, kemudian mengecek keadaan sekitarnya, ternyata ranjau yang sudah disiapkan meledak...duar...Peristiwa itu mengakibatkan dua orang pasukan khusus tersebut tewas. Sementara beberapa lainnya terluka. 

Sumber-sumber Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa dua tentara Israel tewas dan sedikitnya empat lainnya terluka dalam ledakan ranjau di sebuah terowongan di Rafah, selatan Jalur Gaza .

Sumber tersebut mengindikasikan bahwa kedua tentara yang tewas adalah anggota unit elit "Yahalom", yang berspesialisasi dalam mendeteksi dan menghancurkan terowongan.

Koresponden Al Jazeera Elias Karam melaporkan bahwa informasi tentang operasi tersebut terbatas karena pemblokiran media resmi, tetapi fakta bahwa ledakan itu terjadi di dalam terowongan menunjukkan jumlah korban tewas dan terluka lebih tinggi daripada yang diumumkan.

Terowongan menjadi strategi bertahan Hamas di tengah penjajahan Israel. Melalui jalur bawah tanah, mereka berhasil mendapatkan distribusi bantuan. 

Selain itu, terowongan juga menjadi tempat mereka bersembunyi, untuk kemudian memetakan di mana saja pasukan Israel berada. Ketika sudah dipastikan keberadaan pasukan Israel, pasukan Hamas akan keluar dari dalam terowongan dan menghancurkan pasukan Israel beserta kendaraan lapis baja yang mereka bawa.

Pasukan Israel bunuh anak-anak Gaza

Sedikitnya 29 warga Palestina, termasuk seorang anak, tewas pada Sabtu pagi akibat sejumlah serangan Israel di Jalur Gaza. Menurut sumber medis yang berbicara kepada Anadolu, sepuluh mayat ditemukan dari bawah reruntuhan rumah keluarga al-Ghattas di Kota Gaza setelah serangan udara Israel menjelang fajar. Seorang sumber medis mengatakan kepada Anadolu bahwa 11 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka ketika pesawat tempur Israel mengebom rumah keluarga Al-Bayram di Kota Khan Younis.

Di tempat lain di kota yang sama, seorang bayi Palestina terbunuh ketika pasukan Israel menembaki tenda yang menampung para pengungsi di dekat kota Asdaa, sebelah barat Khan Younis. Dua warga Palestina lainnya tewas pada Sabtu pagi alibat serangan Israel yang menargetkan lingkungan al-Daraj di pusat Kota Gaza.

Secara terpisah, dua warga Palestina ditembak hingga tewas oleh pesawat tak berawak quadcopter Israel di dua lokasi berbeda: satu di Jalan Kashko di lingkungan Zeitoun dan satu lagi di Qizan Rashwan, di selatan Khan Younis.

Seorang pemuda juga meninggal akibat luka yang dideritanya beberapa hari sebelumnya akibat pengeboman yang menargetkan Sekolah Abu Hamsa, yang berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi warga sipil yang mengungsi di kamp pengungsi Al-Bureij di Gaza tengah.

 

Dalam dua serangan udara terpisah, dua warga Palestina lainnya, termasuk seorang perempuan, tewas ketika jet Israel menargetkan tenda-tenda di daerah Al-Mahatta dan Kota Bani Suheila, keduanya merupakan tempat penampungan keluarga yang mengungsi akibat pengeboman sebelumnya.

 

 

Sejumlah saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa kendaraan militer Israel melepaskan tembakan di sekitar poros Morag, daerah perbatasan utama antara Rafah dan Khan Younis di selatan. Lebih dari 52.400 warga Palestina telah tewas di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, yang sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

 

Mahkamah Pidana Internasional pada November lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. 

Anak-anak terancam kematian

Direktur Eksekutif Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), Catherine Russell, pada Jumat (2/5) menyuarakan keprihatinan serius atas memburuknya kondisi anak-anak di Jalur Gaza di tengah blokade bantuan yang terus diberlakukan oleh Israel.

“Selama dua bulan terakhir, anak-anak di Jalur Gaza menghadapi gempuran tanpa henti, dan kehilangan akses terhadap kebutuhan pokok, layanan dasar, dan perawatan yang menyelamatkan nyawa," kata Russell.

"Setiap hari berlalu di tengah blokade bantuan, membuat mereka semakin terancam kelaparan, penyakit, dan kematian -- tak ada yang bisa membenarkan ini,” katanya melanjutkan. 

Russell menyoroti tantangan besar yang kini dihadapi keluarga-keluarga di Gaza, mulai dari lahan pertanian yang hancur, terbatasnya akses ke laut, hingga kelangkaan pangan dan air bersih.

“Toko roti tutup, produksi air menurun, dan rak-rak pasar nyaris kosong. Bantuan kemanusiaan selama ini menjadi satu-satunya harapan hidup bagi anak-anak, dan kini stoknya hampir habis,” ujarnya.

 

Menurut badan PBB tersebut, lebih dari 75 persen rumah tangga di Gaza melaporkan penurunan akses terhadap air bersih.

“Mereka tidak memiliki cukup air untuk diminum, tidak bisa mencuci tangan saat dibutuhkan, dan sering kali dipaksa memilih antara mandi, membersihkan rumah, atau memasak,” kata Russell.

UNICEF juga memperingatkan tentang penyebaran penyakit secara cepat dan meningkatnya angka malnutrisi, terutama pada anak-anak di bawah usia lima tahun.

“Vaksin semakin menipis dan penyakit mulai menyebar -- terutama diare akut berair, yang kini menyumbang 1 dari setiap 4 kasus penyakit yang tercatat di Gaza. Sebagian besar penderitanya adalah anak-anak di bawah lima tahun, yang berisiko tinggi kehilangan nyawa,” jelasnya.

“Kasus malnutrisi juga meningkat. Sejak awal tahun, lebih dari 9.000 anak telah dirawat karena malnutrisi akut,” tambah Russell.

Kepala UNICEF itu kembali mendesak agar blokade bantuan Israel dihentikan dan akses kemanusiaan dipulihkan.

“Kami kembali menyerukan agar blokade bantuan dihentikan, agar barang-barang komersial diizinkan masuk ke Gaza, agar para sandera dibebaskan, dan agar semua anak mendapat perlindungan,” tegasnya.

Sejak 2 Maret, Israel menutup seluruh perlintasan menuju Gaza, menghalangi masuknya pasokan penting ke wilayah tersebut, meskipun berbagai laporan telah menyebutkan adanya bencana kelaparan.

Militer Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza pada 18 Maret, mematahkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah tercapai dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 19 Januari lalu.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 52.000 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel di wilayah tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler