Hari Kesaktian Pancasila Momentum Revolusi Mental

Wakil Ketua MPR Mahyudin saat menyampaikan sosialisasi empat pilar di Universitas Islam As-Syafi'iyah, Bekasi, Senin (21/9). (Republika/Rakhmawaty La’lang)
Rep: Eko Supriyadi Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR, Mahyudin menilai  Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Oktober, merupakan saat yang tepat untuk dijadikan momentum revolusi mental, seperti yang dicanangkan pemerintahan Jokowi. Menurutnya, revolusi mental merupakan sebuah keharusan di Indonesia.

''Cuma saya tidak tahu seperti apa, program, tujuan, dan sasaran yang diubah seperti apa. Pemikiran saya kalau mau berubah diri kita sendiri, inilah momennya,'' katanya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (1/10).

Mahyudin menyatakan, masalah korupsi sebaiknya berorientasi pada membangun bangsa, agar menjadi negara yang disegani di dunia internasional. Sebab, tidak sedikit penguasa yang berorientasi mencari kekayaan sehinnga korupsi tidak kunjung selesai.

''Pancasila sebagai sumber dari bahan revolusi mental,'' ujarnya.

Politisi Partai Golkar itu menyatakan, Bupati, anggota DPR, maupun pejabat negara lainnya, harus sudah mengerti tentang wawasan kebangsaan. Pancasila, kata dia, ada di dalam jiwa setiap orang, karena diambil dari ruh bangsa Indonesia sendiri. ‎Hanya saja, ia mengakui penyebarannya tidak segencar pada masa orde baru.

''Kalau Pancasilanya sendiri terpatri, hidup akan berdampingan dengan damai, penuh toleransi,'' jelasnya.

Ia mengungkapkan, dulu masyarakat Indonesia kental nuansa  kekeluargaan dan gotong royongnya. Namun, sekarang, masyarakat lebih menonjolkan sifat indivdiualistik. Di dunia politik, keputusan-keputusan lebih banyak ditentukan oleh pemungutan suara. Bukan melalu musyawarah untuk mufakat.

''Sehingga Pancasila saat ini masih relevan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara kita,'' ucap Mahyudin.



Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler