Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Sangat Penting
Manuskrip di Indonesia banyak berserakan seperti di Makkah, Turki atau pun di Belanda
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi langkah Kementerian Agama yang akan mendirikan Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara di Indonesia. Menurut dia, pengkajian manuskrip keagamaan sangat penting karena Indonesia sangat kaya akan khazanah intelektual.
"Menurut saya itu sangat penting ya, karena S3 saya juga tentang studi manuskrip dan saya mendapatkan banyak sekali manuskrip di Indonesia itu berserak di luar negeri," ujar HNW saat ditemui usai acara puncak perayaan agenda PBB //World Interfaith Harmony Week// di Jakarta Convention Hall (JCC), Jakarta, Ahad (11/2).
Ia menuturkan, manuskrip di Indonesia banyak berserakan seperti di Makkah, Turki atau pun di Belanda. Karena itu, menurut dia, studi intelektual Indonesia itu sangat banyak sekali sebenarnya, sehingga jika ada pusat kajian manuskrip keagamaan akan dapat meningkatkan posisi Indonesia di mata dunia.
"Kalau Kemenag mau melakukan prakarsa ini sangat bagus dan saya pernah berkunjung ke Afrikas Selatan banyak manuskrip yang ditulis ulama-ulama Indonesia yang tinggal di Afrika Selatan, termasuk oleh kakek buyut Pak Din Syamsuddin. Jadi sangat banyak sekali," ucapnya.
NHW menegaskan bahwa dirinya mendukung penuh langkah Kemenag yang akan mendirikan Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan tersebut. Ia berharap pusat kajian tersebut nantinya dapat mengumpulkan khazanah intelektual ulama-ulama terdahulu.
"Saya berharap itu bisa disukseskan menjadi bagain dari yang mengumpulkan khazanah intelektual bangsa Indonesia, yang ternyata Indonesia mempunyai khazanah intelektual yang sangat kaya dan banyak. Dan bila itu bisa dilakukan akan mengokohkan posisi Indonesia di mata intelektual dunia," kata HNW.
Seperti diketahui, saat ini Kemenag tengah merancang Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga telah meminta agar Badan Litbang dan Lektur Kementerian Agama segera menyiapkan naskah akademik pendirian Pusat Kajian tersebut.
Menurut Lukman, tidak semua orang mengetahui dan peduli dengan manuskrip. Padahal, menurut dia, manuskrip merupakan sesuatu yang sangat unik dan langka serta memiliki makna yang sangat besar. Kqrenq itu, pusat kajian manuskrip keagamaan ini sangat penting.
"Kita melangkah ke depan karena kita memiliki masa lalu dan masa lalu itu sangat penting layaknya manuskrip. Jadi harus ada skala prioritas untuk tahun 2018 ini demi mewujudkan mimpi pusat kajian manuskrip nusantara," ujar Lukman di Ruang Sidang Kantor Kemenag di bilangan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (09/2).
Lukman pun mendorong agar isi manuskrip tersebut nantinya dapat disosialisasikan kepada generasi milenial. Menurutnya, program-program unggulan manuskrip juga perlu diciptakan agar dapat menyedot perhatian publik. Program ini harus terus digaungkan ke publik lewat media sosial, Facebook, Instagram, Twitter dan lainnya, ucapnya.
Sementara itu, Kapus Litbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi, M Zain menjelaskan bahwa pada tahun 2018 ini pihaknya akan melaksanakan sejumlah program untuk membuat pusat kajian manuskrip keagamaan nusantara. Diantaranya yaitu akan melakukan benchmarking (tolok ukur) dan ekstradisi naskah di dalam dan luar negeri, serta penguatan dan pendirian lembaga tahqiq pada 30 tempat yang akan kerjasama dengan perguruan tinggi keagamaan Islam dan pondok pesantren.
Selanjutnya, melakukan konservasi dengan mencari dan mengidentifikasi naskah pada 120 wilayah di seluruh nusantara, kemudian melakukan digitalisasi naskah 20.000 lembar untuk tahun 2018 yang akan dibuat aplikasi e-manuskrip di Android agar generasi milenial bisa menikmati berbagai macam khazanah intelektual Indonesia.