Pembakaran Bendera, Ketua MPR Harap Polisi Cepat Bertindak

Masyarakat bebas jadi anggota ormas apapun asal tetap menjaga persatuan kesatuan.

MPR
Ketua MPR Zulkifli Hasan.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Adanya kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh anggota Banser Garut, Jawa Barat, direspons oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan. Zulkifli Hasan berharap agar polisi cepat bertindak agar kasusnya tidak merembet ke mana-mana.

Ia berharap masyarakat tidak terlibat konflik akibat ulah oknum Organisasi Masyarakat (Ormas). "Ormas alat perjuangan dan agama kita Islam, jangan dibalik ormas menjadi agama," ujar Zulkifli Hasan saat berada di Lapangan Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, Lampung, Rabu (23/10).


Zulkifli mengatakan, masyarakat bebas menjadi anggota ormas apapun asal tetap menjaga persatuan dan saling menghormati. Di hadapan ratusan masyarakat, Zulkifli Hasan mengatakan tugas MPR adalah menjaga persatuan, kekompakan, dan kerukunan masyarakat apalagi di tahun politik.

Di tahun politik masyarakat ada yang sudah memiliki pilihan Presiden, wakil rakyat, dan kepala daerah. Adanya perbedaan pilihan diharap oleh Zulkifli Hasan disikapi dengan biasa dan wajar.

"Pemilu rutin digelar jadi peristiwa itu hal yang biasa. Yang maju adalah saudara sendiri," paparnya seperti dalam siaran pers.

Pemilu ditegaskan bukan perang jadi jangan ribut dalam masalah Pemilu. "Pilihan boleh beda tetapi merah putih kita satu. Nanti yang menang kita ucapkan selamat," tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut Zulkifli Hasan mengajak pada masyarakat untuk menjalankan nilai-nilai Pancasila. Dalam nilai-nilai ini ada sikap saling menghormati, menghargai, dan menyayangi satu dengan yang lain.

Sebelum memberi sosialisasi pada masyarakat Purbolinggo, Zulkifli Hasan melakukan hal yang sama di lembaga pendidikan Darun Nasyi'in, Desa Bumi Jawa, Kecamatan Batanghari Nuban, Lampung Timur. Dihadapan siswa dan siswi sekolah yang menggunakan kurikulum Kementerian Agama itu, Zulkifli Hasan menceritakan, dulu di nusantara banyak berdiri kesultanan Islam yang makmur. Pada suatu ketika datanglah 11 kapal kayu kecil yang diawaki orang Eropa, Belanda. Mereka mencari rempah-rempah.

Singkat cerita, bangsa asing itu mengadudomba sehingga kesultanan yang ada berantem dan perang sendiri antar saudara hingga akhirnya dijajah selama 350 tahun. Belajar dari masa lalu, Zulkifli Hasan mengingatkan kembali agar kita jangan mudah diadudomba. "Bila kita mau diadu domba maka kita hidup seperti jaman dulu", ungkapnya.

Agar kita tak mudah diadu domba, disebut Zulkifli Hasan, bangsa ini harus pandai dan cerdas. Untuk itu diharapkan siswa dan siswi di sekolah itu untuk rajin belajar.

"Belajarlah sungguh-sungguh," tegasnya. Kebesaran bangsa menurutnya bukan ditentukan oleh kekayaan alam yang melimpah namun oleh sumber daya manusianya.

Dicontohkan dua negara yang masih bersaudara, Korea Selatan dan Korea Utara, yang maju adalah Korea Selatan. Korea Selatan lebih maju sebab penduduknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa membuat handphone, mobil, kapal laut, dan lain sebagainya. "Kalian yang sekolah di madrasah sangat beruntung, selain mendapat ilmu agama juga mendapat ilmu umum," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler