Gus Jazil Sebut Resolusi Jihad Berperan dalam Kemerdekaan

Saat ini Resolusi Jihad menghadapi musuh kemiskinan, kebodohan dan korupsi

MPR
Di hadapan ratusan warga Pamulang, Kabupateng Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Senin (19/10), Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan bangsa Indonesia lahir dari hasil perjuangan dari para pahlawan yang melawan penjajah.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Di hadapan ratusan warga Pamulang, Kabupateng Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Senin (19/10), Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan bangsa Indonesia lahir dari hasil perjuangan dari para pahlawan yang melawan penjajah. Menurutnya, Resolusi Jihad yang digaungkan para ulama terdahulu memiliki peran penting dalam kemerdekaan.
 
Lebih lanjut dalam acara Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau yang lebih dikenal dengan Empat Pilar MPR yang digelar di Pondok Pesantren Daarul Hikmah, Pamulang Barat; politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengungkapkan di awal kemerdekaan, bangsa Indonesia selain memiliki Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal TNI; di tengah masyarakat juga ada laskar-laskar.
 
Meski Indonesia sudah merdeka namun Belanda lewat tangan Inggris ingin menguasai kembali Indonesia lewat Surabaya. Keinginan Belanda dan Inggris yang ingin kembali menjajah Indonesia, menurut Jazilul Fawaid direspon oleh para ulama, yakni Rais Akbar NU Hadratus Syaikh KH Hasyim Asya’ri, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan ulama besar lainnya dengan mendeklarasikan Resolusi Jihad, 22 Oktober 1945. Dalam resolusi tersebut mewajibkan ummat Islam, laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang sudah akil baliq, wajib hukumnya yang berada dalam radius 94 km, dengan atau tanpa mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di medan laga.

Baca Juga


“Diserukan melakukan jihad di medan pertempuran. Pada waktu itu musuhnya jelas, yakni Belanda dan Inggris,” tuturnya.
 
Hari di mana Resolusi Jihad diserukan itulah menurut pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dijadikan oleh Pemerintah menjadi Hari Santri, 22 Oktober. Hari Santri, makna dan momennya, dikatakan oleh alumni PMII itu tidak terlepas dari Empat Pilar. “Mempertahankan NKRI,” ujarnya.
 
Saat ini kita hidup dalam masa kemerdekaan berkat perjuangan seluruh komponen masyarakat, ulama, dan santri. Masa kemerdekaan merupakan sesuatu nikmatnya rasanya luar biasa. “Saat ini kita nikmati hasil perjuangan para pahlawan,” paparnya. Dirinya mengajak kepada semua untuk mengisi kemerdekaan. Mengisi kemerdekaan dikatakan sebagai dari melanjutkan warisan para pejuang, ulama, dan santri.
 
Di hadapan peserta sosialisasi yang mayoritas warga NU, diungkapkan Resolusi Jihad merupakan bentuk kepedulian dari seluruh ummat Islam. “Untuk itu Hari Santri menjadi hari bagi semua ummat Islam,” paparnya. Semangat Hari Santri mampu memperkokoh Indonesia. Resolusi Jihad juga merupakan wujud dari kepedulian umat Islam bagi keberlangsungan bangsa Indonesia. “Jadi jangan dibenturbenturkan antara agama dan negara,” ucap pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu. Santri, dikatakan merupakan sosok yang mampu mempertemukan antara nilai-nilai ke-Islam-an dan nasionalisme.

“Saya mengajak kepada semua untuk memperkuat nilai-nilai kesantrian,” tegasnya. “Apa itu nilai kesantrian? yakni rasa cinta Tanah Air,” tambahnya. Berjihad sesuai dengan Resolusi Jihad menurut Jazilul Fawaid perlu diteruskan namun musuh yang dihadapi saat ini adalah kemiskinan, kebodohan, dan korupsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler