Pemuda, Islam dan Indonesia Adalah Tiga Simpul Bangsa
Hidayat mengajak para pemuda turut aktif berperan dalam kehidupan berbangsa
REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mengajak para pemuda turut aktif berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda tidak boleh hanya asik bersenang-senang dengan dirinya sendiri. Atau terus tekun belajar, tanpa peduli dengan kondisi sekitarnya. Karena pemuda memiliki kewajiban ikut berbakti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Pemuda, Islam dan Indonesia adalah tiga simpul penting dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejarah kita juga mencatat, peran ketiganya selalu kait mengait antara satu dengan yang lain. Karena itu, penting untuk terus menguatkan tiga simpul kebangsaan, agar ke depan Indonesia makin berjaya dan berdaulat," kata Hidayat Nur Wahid menambahkan dalam siaran persnya.
Pesan Hidayat itu dikemukakan secara virtual saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR dikalangan anggota dan pengurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Mataram, Minggu (1/11). Ikut hadir pada acara tersebut Anggota FPKS MPR RI Johan Rosihan, ST. Serta Ketua Umum PD KAMMI Mataram Arif Rahman.
Pendapat serupa disampaikan Anggota FPKS MPR Johan Rosihan. Selaku narasumber kedua, Johan Rosihan antara lain mengatakan sejak dulu pemuda sudah terlibat aktif dalam perjuangan Indonesia. Ke depan, keterlibatan serupa harus dipertahankan. Pemuda tidak boleh kendor dalam mengawal kemajuan bangsa.
"Indonesia merupakan rumah kita bersama yang harus dijaga. Sedangkan Pancasila adalah dasar berbangsa dan bernegara yang final," kata Johan lagi.
Sebelumnya, saat memberikan sambutan, Ketua Umum PD KAMMI Mataram, Arif Rahman berterima kasih dan mengapresiasi kerja sama dalam pelaksanaan Sosialisasi Empat Pilar. Dan itu akan menguatkan komitmen KAMMI untuk terus mengawal Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa. Juga UUD NRI Tahun 1945 sebagai Konstitusi negara.
"Pancasila sebagai sebuah ideologi harus menjadi identitas dan karakter anak-anak muda Indonesia, yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi," kata Arif Rahman lagi.