MPR: Musibah Banjir Tidak Boleh Mengganggu Semangat Belajar

Banjir Sukabumi menyebabkan 299 keluarga terdampak, 210 mengungsi, 20 luka, 3 wafat

istimewa
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memberikan bantuan kepada anak-anak PAUD korban banjir bandang di Sukabumi. Bantuan berupa alat tulis, susu, pampers serta uang tunai diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mereka selama masa pemulihan pasca bencana.
Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI-- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memberikan bantuan kepada anak-anak PAUD korban banjir bandang di Sukabumi. Bantuan berupa alat tulis, susu, pampers serta uang tunai diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mereka selama masa pemulihan pasca bencana.


"Melihat wajah mereka, terlihat jelas semangat anak-anak untuk belajar tak pernah surut. Anak-anak ini adalah tumpuan Indonesia di masa depan. Musibah boleh datang mengganggu, tapi semangat belajar tetap maju. Anak-anak ini adalah tumpuan Indonesia di masa depan," ujar Bamsoet saat menyerahkan bantuan untuk anak-anak korban banjir bandang di Desa Kompa Kecamatan Parungkuda, Sukabumi, Rabu (30/9).

Bersama Gerakan Keadilan Bangun Solidaritas (Gerak BS), Relawan 4 Pilar, Gabungan Aksi Roda Dua Ojek Online (Garda Ojol), Yayasan Generasi Lintas Budaya serta Ikatan Wartawan Online, Bamsoet berdialog serta menghibur puluhan anak-anak dengan bernyanyi bersama serta mengajarkan Pancasila. 

Acara tersebut selain dihadiri masyarakat setempat, juga hadir Camat Cidahu Errt Estanto dan jajarannya."Anak-anak ku sekalian jangan bersedih dengan musibah yang datang. Masih banyak kakak serta saudara kalian yang siap membantu dan menghibur. Tetap semangat belajar agar kelak kalian menjadi pemimpin bangsa yang bijak," nasehat Bamsoet.

Ketua DPR RI ke-20 ini memaparkan, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi per 22 September, banjir bandang yang terjadi di Sukabumi menyebabkan 299 keluarga terdampak banjir, 210 orang mengungsi, 20 orang luka, dan 3 orang harus meninggal dunia. Terhadap musibah banjir ini, intensitas hujan lebat menjadi alasan. Padahal, akar masalahnya lebih dari itu.

"Dari mulai sungai yang kehilangan perannya karena endapan lumpur hingga deforestasi hutan secara besar-besaran. Padahal bencana sudah datang silih berganti setiap tahun, anak-anak hingga dewasa menjadi korbannya. Namun pemerintah daerah hingga pusat tampaknya belum maksimal melakukan pencegahan," tandas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Depinas SOKSI ini mengungkapkan, Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) mencatat di tahun 2019 sudah terjadi 3.731 bencana hidrometereologi, seperti puting beliung, banjir, dan tanah longsor. Sementara bencana geologi seperti gempa bumi dan letusan gunung merapi terjadi sebanyak 37 kasus. Dampaknya, 478 warga meninggal, 109 orang hilang, dan 6,1 juta jiwa terpaksa mengungsi.

"Agar ke depan tak ada lagi anak-anak yang terganggu belajarnya serta jiwa yang melayang sia-sia, tak ada jalan selain memulihkan kembali lingkungan. Setiap pemerintah daerah perlu membuat peta daerah rawan bencana di masing-masing wilayahnya, sebagai pedoman antisipasi sekaligus pedoman menyusun tata ruang wilayah yang harus ditaati dan dituruti semua pihak. Tak boleh lagi kawasan hijau dieksploitasi demi kepentingan ekonomi sesaat, yang pada akhirnya malah membuat anak-anak menanggung beban berat," kata  Bamsoet.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler