Senin 23 Mar 2020 16:21 WIB

Validasi IMEI Diharapkan Tumbuhkan Industri Ponsel Lokal

21 merek ponsel yang ada di Indonesia diharapkan bisa terus hidup.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Nomor identitas telepon seluler (international mobile equipment identity/ IMEI)
Foto: IMEI.ORG
Nomor identitas telepon seluler (international mobile equipment identity/ IMEI)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kebijakan validasi IMEI (International Mobile Equipment Identification) diharapkan dapat menghidupkan industri ponsel dalam negeri. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, Janu Suryanto mengatakan kebijakan validasi IMEI diterapkan karena selama ini ponsel selundupan  atau black market (BM) deras masuk Indonesia.

Hal ini, menurut Janu, berpotensi merugikan negara antara Rp 2 triliun sampai Rp 5 triliun setahun, langsung atau tidak langsung. Validasi IMEI akan menghilangkan ponsel BM.“Industri ponsel dalam negeri akan tumbuh," katanya.

Baca Juga

Derasnya penyelundupan ponsel yang menurut kalangan industri ponsel lokal terjadi sejak tiga tahun terakhir itu telah melumpuhkan industri “Kebijakan ini akan menghidupkan kembali 21 merek ponsel yang ada di Indonesia,” kata Janu.

Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Hasan Aula berharap aturan validasi IMEI dapat berjalan dengan mulus. Kebijakan ini diharapkan tidak membuat konsumen atau masyarakat Indonesia takut untuk membeli smartphone baru.

Hasan mengatakan, aturan validasi IMEI ini dapat terus berjalan dan diberlakukan pada tanggal 18 April mendatang.  Mewabahnya coronavirus disease atau COVID-19 di Indonesia, tidak membuat pemerintah mengundurkan rencana pemberlakukan peraturan IMEI yang sudah ditetapkan.

"Jadi, anggota kami juga tetap dapat berjualan dan berbisnis dengan baik. Itu harapan kami," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْٓا اَيْدِيَكُمْ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۚ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ اِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّٰهِ اَوْ اَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَۚ لَوْلَآ اَخَّرْتَنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا
Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ”Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.”

(QS. An-Nisa' ayat 77)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement