REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center for Education Regulations & Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji menilai, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) seharusnya memprioritaskan pembenahan di tingkat dasar. Sebab, selama ini, pembenahan pendidikan di tingkat dasar tidak menjadi prioritas.
"Baik dari sisi kemampuan pendidik, sarana prasarana, program dan tentunya anggara," kata Indra, Sabtu (9/5).
Indra menjelaskan, rekomendasi ini telah diberikan oleh berbagai macam institusi baik dalam atau luar negeri. Namun, sayangnya pemerintah masih tidak mau menjalankan rekomendasi tersebut.
"Dengan demikian, SDM unggul hanyalah menjadi retorika semata," kata Indra.
Indra menyebutkan, pemerintah menjabarkan pembangunan SDM unggul dalam beberapa capaian PISA (Programme for International Student Assessment). Di dalam bidang literasi target skor 396 pada tahun 2020-2025, dan 423 tahun 2025-2030. Bidang numerasi dengan target skor 388 tahun 2020-2025, dan 397 tahun 2025-2030. Bidang sains dengan target skor 402 tahun 2020-2025 dan 408 tahun 2025-2030.
Mengamati target tersebut, Indra mengatakan jelas belum bisa dikatakan unggul karena masih berada di bawah rata-rata negara OECD di tahun 2018. Seharusnya, lanjut dia, target berada di atas rata-rata negara OECD dengan asumsi semua negara melakukan program peningkatan mutu pendidikan.
Ia membandingkan Indonesia dengan Vietnam. 55,4 persen anak Indonesia kemampuan membacanya berada di level 1 atau yang paling rendah. Sementara di Vietnam, hanya 13,9 persen saja anak yang masih berada di level 1.
"Ini yang membuat lemahnya kemampuan siswa Indonesia untuk belajar. Jika tidak mampu membaca, dalam kajian Bank Dunia bisa membaca tetapi tidak paham makna dari apa yang dibacanya, maka SDM Indonesia tidak mampu untuk belajar apapun," kata dia.