REPUBLIKA.CO.ID, Gaya hidup sedentari telah menjadi isu penting di Indonesia atau seluruh dunia. Soalnya, gaya hidup seperti itu telah terbukti menjadi faktor penyebab meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan menghambat masyarakat memiliki kehidupan yang lebih baik. Kemungkinan meningkatnya PTM akibat pola hidup sedentari ini berpotensi menimbulkan biaya pelayanan kesehatan dalam setahun sekitar 54 miliar dolar AS.
Spesialis kedokteran olahraga dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Dr Ade Jeanne L Tobing SpKO mengatakan, pola hidup sedentari (sedentary) berasal dari kata sedere yang artinya duduk. Gaya hidup ini memperlihatkan kondisi seseorang yang kurang bergerak.
Beberapa penelitian membuktikan, kurang gerak berhubungan dengan timbulnya masalah kesehatan di masa datang. Menurut American College of Sports Medicine (ACSM), sedentary lifestyle adalah tidak melakukan aktivitas fisik intensitas sedang minimal 30 menit, sekurang-kurangnya tiga hari dalam sepekan selama tiga bulan. Ada juga yang mengatakan, sedentari adalah segala jenis aktivitas di luar waktu tidur yang sedikit mengeluarkan energi. Energi yang dikeluarkan, yakni kurang dari 1,5 METs (metabolic equivalent) pada posisi duduk atau berbaring.
Pola hidup seperti ini terjadi karena adanya perubahan pola hidup. Ini terjadi, misalnya karena screen time atau lamanya waktu menggunakan perangkat berlayar monitor tv, komputer, video game, HP, dan lainnya. Per kembangan jejaring sosial Facebook, Twitter, dan lainnya berpengaruh terhadap screen time ini.
Rata-rata mereka melakukannya lima jam per hari. Sebanyak 88,2 persen pemakaian smartphone dilakukan di waktu senggang. Perilaku ini tentu saja meningkatkan risiko PTM, seperti DM, obesitas, hipertensi, penya kit jantung, osteoporosis, osteoartitis, kanker, dan lainnya.