REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Produsen mobil dan mesin pesawat, Rolls Royce, berencana memberhentikan 9.000 pekerjanya karena terimbas dampak negatif Covid-19. Perusahaan juga melihat industri penerbangan bakal butuh waktu lama untuk pulih.
Rolls Royce mengatakan pengurangan di perusahannya terutama akan menyasar tenaga kerja dari divisi penerbangan sipil. "Ini adalah krisis yang harus kita hadapi sekarang," kata CEO Rolls Royce, Warren East dikutip BBC.
Pengurangan karyawan diperkirakan akan dilakukan terlebih dulu di Inggris. Rolls Royce sendiri saat ini memiliki sebanyak 52 ribu karyawan secara global, dan dua pertiga diantaranya bekerja di kantor pusat Inggris.
Rolls Royce sebelumnya meminta 4.000 karyawan untuk memgambil cuti pada akhir April lalu. Sebanyak 3.700 karyawa diantaranya telah menerima bantuan pemerintah sebesar 80 persen dari upah mereka per bulannya.
Pengurangan karyawan ini merupakan imbas dari pembatasan aktivitas masyarakat untuk mencegah penyebaran Covid-19. Akibatnya, trafik perjalanan udara pun turun drastis.
Trafik perjalanan udara diperkirakan akan turun sebesar 45 persen pada tahun ini. Selain itu, perusahaan yang bergerak di industri penerbangan juga diprediksi akan kehilangan pendapatan hingga 310 miliar dolar AS pada 2020.
Rolls Royce mengatakan dampak pandemi terhadap perusahaan dan industri penerbangan belum pernah terjadi sebelumnya. Aktivitas di pasar penerbangan komersil pun diperkirakan butuh waktu lama untuk pulih.