Senin 08 Jun 2020 11:28 WIB

Ketika Anak-Anak Bertanya Soal Rasisme

Para ahli dan karakter Sesame Street menjawab pertanyaan anak-anak soal rasisme.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera pada aksi solidaritas di Las Vegas, atas tewasnya George Floyd di Minneapolis dalam insiden terkait rasisme.
Foto: AP Photo/John Locher
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera pada aksi solidaritas di Las Vegas, atas tewasnya George Floyd di Minneapolis dalam insiden terkait rasisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Setelah kematian George Floyd dan protes yang berkelanjutan di seluruh negeri atas kekerasan polisi dan rasisme sistemik, anak-anak mengajukan bermacam pertanyaan sulit.

Van Jones dan Erica Hill dari CNN bekerja sama dengan “Sesame Street” pada Sabtu (6/6) untuk acara spesial baru "Coming Together: Standing up to Racism." Para ahli dan karakter “Sesame Street” berkumpul untuk mengatasi rasisme berikut cara melawannya.

Baca Juga

"Apakah aman bagi saya untuk pergi ke luar, dan apakah seorang petugas polisi akan menyakiti saya karena warna kulit saya?” tanya seorang gadis berusia 7 tahun bernama Lila dilansir di People, Ahad (7/6).

Sementara itu, seorang anak laki-laki 7 tahun bernama Marvin juga ikut mengajukan pertanyaan. Dia penasaran mengapa petugas polisi yang seharusnya melayani dan melindungi orang malah menyakiti warga karena warna kulitnya.

“Kami punya begitu banyak pertanyaan seperti itu, ini sangat memilukan,” kata Van Jones sambil menatap mantan Kepala Polisi Charles Ramsey di Washington, DC untuk membahas topik ini secara mendalam.

Meskipun Ramsey mengatakan bahwa petugas polisi ada di sana untuk membantu, kenyataannya sekarang masyarakat terus berdemonstrasi menentang tindakan petugas polisi yang tidak seharusnya.

Ramsey meminta, jika melihat seorang petugas melakukan sesuatu yang tidak benar, anak-anak itu harus segera memberi tahu orang dewasa. Ketika ditanya seorang anak berusia 9 tahun bernama Paityn, apakah Ramsey berpikir kematian Floyd akan mengubah perilaku polisi ketika mereka bertemu pria kulit hitam seperti ayahnya, ia hanya bisa berharap masa depan akan lebih baik.

“Itu pertanyaan yang sangat bagus dan saya harap begitu. Kita tidak ingat bahwa tidak perlu banyak hal untuk benar-benar mengubah dunia. Saya berpikir tentang apa yang terjadi pada 1950-an, di mana ada seorang wanita kulit hitam di bus suatu hari yang menolak untuk memberikan kursinya kepada seorang pria kulit putih. Itu mengarah pada Gerakan Hak Sipil. Berkat Gerakan Hak-Hak Sipil saya akhirnya berkesempatan menjadi kepala polisi di Washington, DC, Ibu Kota negara kita,” kata Ramsey.

Ramsey mengatakan, seharusnya kematian Floyd tidak pernah terjadi. Namun, dia mengatakan lagi tidak ada yang sia-sia di dunia ini.

"Kita bisa mengubah dunia dan kalian anak muda akan menjadi orang yang melakukannya,” ujar Ramsey.

Di segmen lain, Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms memberi gagasan kepada anak-anak tentang salah satu cara terbaik menghentikan rasisme, yakni dengan memberi contoh.

"Tetaplah menjadi dirimu. Tetap saling mencintai. Dan, ketika Anda melihat seseorang yang melakukan kesalahan atau mengatakan sesuatu yang salah, katakan itu salah Kemudian, ketika teman-teman mulai mengatakan atau melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan, maka katakanlah pada mereka dan ucapkan dengan cinta," kata Bottoms.

Seorang bocah lelaki berusia 9 tahun lalu bertanya alasan yang membuat orang kulit hitam diperlakukan dengan sangat buruk selama bertahun-tahun, walaupun mereka telah memberikan kontribusi begitu banyak kepada negara. Wali Kota mengakui bahwa itu adalah sesuatu yang telah ditanyakan dari generasi ke generasi.

“Saya tidak tahu apakah kita akan memiliki jawaban untuk itu, tetapi seperti Martin Luther King memiliki mimpi untuk empat anaknya, kita harus terus bermimpi dan berharap dan bekerja,” ujar Bottoms.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement