Selasa 28 Jul 2020 06:37 WIB

Mahasiswa S3 UMM Teliti Sorgum Sebagai Alternatif Pangan

Sorgum merupakan tanaman pangan yang bisa tumbuh di lahan kurang produktif

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sulistyawati, mengangkat disertasi terkait sorgum sebagai sumber pangan alternatif.
Foto: Kementan
Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sulistyawati, mengangkat disertasi terkait sorgum sebagai sumber pangan alternatif.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sulistyawati, berhasil lulus dalam program doktornya. Disertasinya mengangkat sumber pangan alternatif dengan judul penelitian bertajuk "Variasi Genetik dan Hubungan Kekerabatan Beberapa Genotipe Sorgum Lokal Jawa Timur".

Sulistyawati menerangkan, sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat tumbuh dan berproduksi pada lahan kurang produktif. Hal ini khususnya di lahan marginal kering sehingga dapat dikembangkan sebagai alternatif pangan lokal selain beras.

Baca Juga

Produk utama sorgum terdapat pada bijinya yang bisa dimanfaatkan sebagai pangan maupun pakan. Menurut Sulistyawati, potensi sorgum sebagai bahan pangan di Indonesia cukup besar. "Terutama untuk substitusi pangan pokok beras maupun terigu,” katanya.

Berdasarkan sejarah perkembangannya, sorgum merupakan tanaman pangan yang sudah dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Namun saat ini keberadaan sorgum sudah mulai berkurang, bahkan di beberapa daerah sudah hilang. Beberapa wilayah yang terus-menerus mengusahakan produk lokal ini meskipun sangat terbatas berada di Jawa Timur.

Ketua Program Doktor Ilmu Pertanian UMM, Profesor Lili Zalizar mengatakan, unsur kebaruan dalam riset untuk bisa menuntaskan studi doktoral menjadi prasyarat utamanya. Disertasi Sulistyawati mempunyai informasi baru karena telah berhasil meneliti genotipe dari sorgum. "Dia bisa mengisolasi sembilan genotipe yang ada di tanaman sorgum yang ditanam di Jawa Timur," jelasnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.

Sulistyawati juga berhasil mengkarakterisasi sorgum, baik secara morfologi maupun fisiologi. Bahkan, yang bersangkutan juga meneliti kekerabatan antargenotipe yang berbeda. "Ini diklaim belum ada informasi sebelumnya," ungkapnya.

Program Doktor Ilmu Pertanian ini telah menerima mahasiswa sejak September 2016. Belum genap empat tahun, prodi tersebut telah mampu meluluskan mahasiswanya. Bahkan, telah menerima akreditasi B pada beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement