Rabu 05 Aug 2020 00:11 WIB

Puluhan Perusahaan Mode di AS Terancam Bangkrut

Perusahaan yang mengajukan kebangkrutan di AS terus bertambah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Perusahaan yang mengajukan kebangkrutan di AS terus bertambah (Foto: ilustrasi industri fashion)
Foto: AP PHOTO
Perusahaan yang mengajukan kebangkrutan di AS terus bertambah (Foto: ilustrasi industri fashion)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Puluhan perusahaan mode di Amerika Serikat (AS) terancam bangkrut akibat pandemi Covid-19. Lembaga pemeringkat S&P Global mencatat, jumlah perusahaan fashion yang mengajukan kebangkrutan sejak awal pandemi terus bertambah.

Per 23 Juli 2020, sudah ada 40 perusahaan ritel yang mengajukan kebangkrutan. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi sejak 10 tahun terakhir, sekaligus melampaui jumlah total kebangkrutan perusahaan mode pada tahun lalu dan 2018.

Baca Juga

"Terakhir kali kami melihat kebangkrutan sebanyak ini adalah selama krisis keuangan 2008," kata analis data S&P Global, Chris Hudgins, dikutip dari laman Vogue Business, Rabu (5/8).

Pakar memperkirakan, lebih banyak kebangkrutan akan terjadi akhir 2020, terutama jika gelombang kedua Covid-19 terjadi di kuartal keempat. Di masa normal, itu adalah periode di mana peritel seharusnya meraup sebagian besar keuntungan.

Wakil kepala departemen kebangkrutan di firma hukum Lowenstein Sandler, Jeffrey Cohen, menyampaikan beberapa faktor pendukung lain. Menurut dia, penyebabnya adalah kasualisasi mode dan penurunan traffic pengunjung di pusat perbelanjaan.

Salah satu nama dalam daftar pengawasan kebangkrutan di tangan Cohen antara lain Tailored Brands, yang memiliki peritel pakaian Men’s Wearhouse. Ada pula Lord & Taylor, rantai pusat perbelanjaan kelas menengah. 

photo
(ilustrasi industri fashion)

Ketentuan yang ada di AS, perusahaan yang sedang mengalami kesulitan lazimnya beralih ke strategi pengajuan kebangkrutan. Selanjutnya, mereka mengurangi utang dan menutup toko di lokasi yang tak menguntungkan.

Penataan ulang organisasi itu bisa membuat sebagian tetap bertahan. Akan tetapi, korban pandemi Covid-19 kali ini tidak tanggung- tanggung. Ada Ascena Retail Group, J.Crew, Neiman Marcus, JCPenney, dan banyak lagi yang menyusul.

Ketika jumlah kasus Covid-19 terus bertambah, peritel semakin menghadapi tantangan yang lebih besar. Akan ada kelebihan persediaan barang dan pergeseran ke e-commerce yang sukar dilakoni jika pengelolanya kurang andal.

Semua itu mengurangi peluang bagi perusahaan untuk bertahan. Meskipun, beberapa dapat dihidupkan kembali dengan akuisisi oportunistik. Konsekuensinya, butuh usaha untuk pengenalan ulang merek dan menumbuhkan kesetiaan pelanggan.

Authentic Brands Group dan Simon Property Group, misalnya, telah mengajukan penawaran secara bersamaan untuk Brooks Brothers dan Lucky Brand. Jika berhasil, Authentic Brands akan memiliki IP, sementara Simon akan dapat mempertahankan beberapa toko di mal.

Perusahaan ekuitas swasta juga melihat peluang untuk mengakuisisi pengecer yang kesulitan. Sycamore Partners, misalnya, telah menunjukkan minat untuk membeli JCPenney. Tetapi pengambilalihan seperti itu bisa berisiko dengan tingkat utang yang tinggi.

 

Selain itu, akuisisi lebih sulit dalam iklim saat ini. "Pembeli ingin tahu bahwa begitu mereka memiliki merek, trennya akan kembali naik. Sulit untuk memastikannya sekarang ketika ada potensi shutdown karena gelombang kedua," kata Cohen.

Kebangkrutan memang bukan selalu merupakan hukuman mati, namun ada banyak perusahaan tidak memiliki strategi kuat. Pendiri perusahaan konsultan Robert Burke Associates, Robert Burke, justru khawatir dengan jenama-jenama besar.

Menurut Burke, banyak jenama besar yang mengajukan kebangkrutan memiliki lebih banyak utang dibandingkan merek-merek kecil. Jenama kecil pun tetap terancam kebangkrutan, tapi mereka tetap beroperasi dengan margin yang cukup.

"Agar berhasil, harus ada strategi baru; Anda tidak bisa hanya mengatakan, 'kami memiliki lebih sedikit utang sekarang dan oleh karena itu kami akan berhasil'," ujar Burke.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement