Rabu 12 Aug 2020 05:23 WIB

Ilmuwan Temukan Air Asin di Seluruh Permukaan Planet Ceres

Ilmuwan mengamati titik terang aneh di kawah berusia 20 juta tahun di Ceres.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Permukaan Planet kerdil Ceres.
Foto: nasa
Permukaan Planet kerdil Ceres.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Planet kerdil Ceres pernah dianggap sebagai bongkahan batu yang cukup primitif. Namun, beberapa tahun yang lalu, wahana antariksa NASA Dawn mengungkapkan ada lebih banyak hal di Planet Ceres daripada yang terlihat.

Menurut analisis baru data Dawn, Planet Ceres memiliki air asin di bawah permukaan yang dapat mencakup seluruh planet. Penemuan ini meningkatkan pentingnya mengirim misi baru untuk mempelajari Planet Ceres secara lebih rinci untuk mengukur potensi layak huni dan bahkan mungkin mencari tanda-tanda kehidupan di luar Bumi.

Baca Juga

Dimulai pada awal 2015, bahkan sebelum Dawn bertugas mengorbit Ceres. Wahana itu merekam titik terang aneh yang disebut Faculae di kawah Occator, sebuah kawah berusia 20 juta tahun.

Para ilmuwan kemudian menetapkan bercak mengkilap ini dibuat oleh natrium karbonat. Namun, dari mana asal natrium karbonat ini menjadi perdebatan.

Ilmuwan memperdebatkan apakah bercak berasal dari es di bawah permukaan yang meleleh karena panas akibat tumbukan Occator (lalu dibekukan kembali), ataukah ada lapisan air asin yang dalam pada saat tumbukan yang merembes ke permukaan, yang menunjukkan interior Ceres lebih panas dari yang diduga?

Dilansir dari Science Alert, Selasa (11/8), Dawn merekam variasi gravitasi di kawah pada skala unit geologi di dalam dan sekitarnya. Variasi gravitasi ini, dikombinasikan dengan pemodelan termal, menunjukkan variasi kepadatan yang konsisten dengan penyimpanan air asin yang dalam di bawah kawah.

Lumbung penyimpanan ini bisa saja dimobilisasi oleh panas dan rekahan yang diakibatkan oleh benturan. Kemudian, menyembur ke atas dan keluar untuk menciptakan endapan garam yang kita lihat sekarang.

“Selain itu, kami menemukan retakan tektonik yang sudah ada sebelumnya dapat menyediakan jalur bagi air asin dalam untuk bermigrasi di dalam kerak, memperluas wilayah yang terkena dampak dan menciptakan heterogenitas komposisi,” tulis para peneliti.

Studi kedua yang menggunakan data gravitasi yang dikombinasikan dengan data bentuk, menemukan kerak Ceres cukup berpori. Namun, tetapi porositas tersebut menurun seiring dengan kedalaman. Kemungkinan ini terjadi karena batuan bercampur dengan garam.

Meskipun kawah berusia sekiar 20 juta tahun, ada bukti yang menunjukkan garam di atasnya jauh lebih muda. Gambar beresolusi tinggi menunjukkan gunung berapi es di Ceres mungkin telah aktif baru-baru ini sekitar dua juta tahun yang lalu, yang menunjukkan sumber air garam yang dalam.

Mineral langka

Ini didukung oleh penemuan yang mengejutkan, yakni adanya mineral langka hidrohalit. Spektrometri mengungkapkan bentuk natrium klorida terhidrasi ini di bagian paling atas kubah Cerealia Facula, titik paling terang di kawah Occator.

Hal yang unik tentang mineral ini adalah ia membutuhkan kelembaban dan mengalamai dehidrasi dengan cukup cepat. Ini menunjukkan bagian dalam Ceres terguncang secara mengejutkan baru-baru ini. Tetapi pengendapan garam yang berbeda di permukaan memiliki impilkasi lain.

Panasnya benturan mencairkan segumpal es yang mengalir keluar dan mengubah medan di dalam kawah, mengendapkan garam di Cerealia dan Pasola Faculae. Kemudian lebih lambat, air garam dari lubuk penyimpanan yang lebih dalam menuju permukaan, berkontribusi pada Cerealia dan Pasola dan sepenuhnya menciptakan Vinalia Faculae yang lebih tipis di dasar kawah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement