Selasa 08 Sep 2020 14:32 WIB

Studi: Kerusakan Paru Landa Penyintas Covid-19

Kabar baiknya, kerusakan paru penyintas Covid-19 itu cenderung membaik seiring waktu.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Rontgen paru. Sejumlah orang tampak mengalami kerusakan paru akibat Covid-19 beberapa minggu setelah pulih.
Foto: Nova Wahyudi
Rontgen paru. Sejumlah orang tampak mengalami kerusakan paru akibat Covid-19 beberapa minggu setelah pulih.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Salah satu kekhawatiran dari para ahli kesehatan di seluruh dunia terkait infeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 adalah kasus kerusakan organ vital yang menjadi dampak dari penyakit. Salah satunya adalah kerusakan paru, yang bahkan terjadi setelah seseorang dinyatakan pulih.

Dilansir Times Now News, terdapat pasien Covid-19 yang juga melaporkan kerusakan jantung jangka panjang, gejala penyakit kembali kambuh, hingga rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan di tubuh mereka. Ini adalah komplikasi akibat infeksi virus corona jenis baru, yang bahkan masih mengusik setelah mereka sudah keluar dari rumah sakit.

Baca Juga

Dalam laporan terbaru, sebuah studi menemukan bahwa pasien yang telah dirawat karena Covid-19 dan keluar dari rumah sakit, menderita kerusakan paru-paru, bahkan tiga bulan setelah pemulihan. Para peneliti di berbagai institusi di Tyrolean, Austria meminta pasien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit tersebut untuk dievaluasi setelah enam minggu, 12 minggu, dan 24 minggu setelah dipulangkan.

Meski kondisi kebanyakan orang ditemukan membaik dalam enam minggu, beberapa pasien terus menderita sesak napas dan batuk lebih lama. Ketika evaluasi pertama dilakukan, ditemukan bahwa lebih dari separuh pasien memiliki setidaknya satu gejala yang menetap, kebanyakan sesak dan batuk.

Pemindaian CT masih menunjukkan kerusakan paru-paru pada 88 persen pasien. Pada kunjungan berikutnya, yaitu setelah 12 minggu setelah keluar, gejala di antara pasien telah membaik dan kerusakan paru-paru berkurang hingga 56 persen.

Sementara dalam kunjungan ketiga, setelah 24 minggu keluar dari rumah sakit, Sabina Sahanic, seorang mahasiswa PhD klinis di University Clinic di Innsbruck dan bagian dari tim yang melakukan penelitian mengatakan, orang-orang menunjukkan kerusakan paru akibat Covid-19 beberapa pekan setelah keluar rumah sakit. Namun, ia juga mengungkapkan tampaknya gangguan tersebut cenderung membaik seiring berjalannya waktu.

“Kabar buruk adalah orang-orang menunjukkan kerusakan paru akibat Covid-19 beberapa minggu setelah pulih, tapi kabar baiknya, kondisi membaik dari waktu ke waktu, menyiratkan bahwa paru-paru memiliki mekanisme untuk memperbaiki dirinya sendiri setelah sakit,” ujar Sahanic.

Studi tidak menemukan disfungsi jantung terkait Covid-19 yang parah pasca penyakit. Pada kunjungan enam minggu, yang merupakan kunjungan pertama setelah dipulangkan, ekokardiogram menunjukkan bahwa 48 pasien, yang terdiri dari lebih dari 58 persen dari total, mengalami disfungsi ventrikel kiri jantung pada saat sedang rileks dan dilatasi.

Indikator kerusakan jantung seperti pembekuan darah, peradangan, dan lainnya juga sangat tinggi. Namun, gejala ini terlihat membaik seiring berjalannya waktu. Sahanic juga mengatakan, dalam penelitian tidak ditemukan disfungsi jantung yang parah terkait Covid-19 pada fase setelah pemulihan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement