REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konselor dan psikolog Pro Help Center dan Reis Community, Nuzulia Rahma Tristinarum menyebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat membuat sosialisasi atau dunia pertemanan anak dan remaja kita sedikit terganggu, terutama bagi siswa di sekolah baru. Namun, apakah benar anak introver akan lebih kesulitan mendapatkan teman dibandingkan anak ekstrover di tengah pandemi seperti sekarang?
Nuzulia menjelaskan, introver itu artinya anak senang menyendiri, tidak suka bising atau keramaian, dan lebih nyaman bersama sedikit sahabat tapi dekat. Anak introver suka mengamati keadaan sekitar, suka bekerja secara independen, sangat dalam fokus pada suatu hal, serta membutuhkan waktu sendiri untuk recharge dan melakukan refleksi diri
Sementara anak ekstrover senang keramaian, tidak suka kesendirian, memiliki lingkup pertemanan atau sosial yang besar, dan menikmati menjadi pusat perhatian. Mereka mendapatkan energinya dari keberadaannya di sekitar orang lain serta senang bekerja dengan tim dan lingkungan kerja yang ramai.
Sebagai makhluk sosial, menurut Nuzulia, tiap manusia membutuhkan manusia lainnya, baik itu introver maupun ekstrover. Intover juga perlu teman. Hanya saja, yang dipilihnya menjadi teman untuk menghabiskan waktu bersama, bisa dibilang sedikit.
Sementara itu, anak yang ekstrover suka memiliki banyak teman dan senang dalam suasana ramai. Anak ekstrover termotivasi untuk lebih mudah memulai pertemanan dan bergaul karena didorong rasa kebutuhan dirinya.
"Yang perlu dipahami di sini adalah, introver itu tidak sama dengan pemalu dan menjadi introver bukan berarti dia tidak percaya diri atau memiliki rasa percaya diri yang rendah," ujar Nuzulia yang juga merupakan trainer parenting Yayasan Kita dan Buah Hati kepada Republika.co.id.
Artinya, menjadi introver, namun mudah mendapatkan teman, bisa saja terjadi. Menjadi introver yang percaya diri dalam bersosialisasi juga sangat mungkin terjadi.
"Semua hal ini bisa dilakukan oleh introver, hanya saja intover lebih senang menggunakan energinya untuk sendiri daripada untuk bersosialisasi atau mencari teman, ia pun lebih suka menghabiskan waktu sendiri, dan hanya memilih sedikit saja untuk menjadi teman dekatnya," papar perempuan yang juga berprofesi sebagai penulis buku kesehatan mental wanita dan keluarga.