Selasa 27 Oct 2020 10:20 WIB

Gaya Pengasuhan Otoritatif Paling Ideal Selama Pandemi

Orang tua perlu menyadari anak pun stres, sedih, takut, dan tak bahagia saat pandemi.

Keluarga makan bersama/ilustrasi. Gaya pengasuhan otoritatif sebaiknya dipraktikkan saat anak usia balita, usia sekolah, hingga remaja.
Foto: Prayogi/Republika
Keluarga makan bersama/ilustrasi. Gaya pengasuhan otoritatif sebaiknya dipraktikkan saat anak usia balita, usia sekolah, hingga remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Perkembangan Anak Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University Dwi Hastuti mengungkapkan gaya pengasuhan anak yang paling ideal selama pandemi Covid-19. Ia menyebut, gaya otoritatif yang umumnya dipraktikkan di Indonesia merupakan yang terbaik.

"Gaya tersebut paling ideal karena menyeimbangkan antara kasih sayang, ekspresi emosi positif orang tua dengan tuntutan disiplin dari orang," kata Dwi melalui siaran pers dari IPB University yang diterima di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Dwi mengatakan, pengasuhan otoritatif sebaiknya dipraktikkan saat anak usia balita, usia sekolah, hingga remaja. Orang tua harus konsisten memberikan kasih sayang, perhatian, penjelasan, komunikasi positif, dan tuntutan peraturan yang jelas pada anak.

Terkait dengan peraturan yang diterapkan pada anak, akan lebih efektif bila telah disepakati bersama oleh seluruh anggota keluarga, tidak hanya sepihak dari orang tua saja. Pada masa pandemi, orang tua perlu memberikan dorongan semangat, perhatian, dan kasih sayang agar kesulitan yang dihadapi dapat dilewati bersama.

"Pada masa-masa sulit semasa pandemi, orang tua harus sangat sensitif karena studi menunjukkan anak juga mengalami stres, sedih, takut, dan tidak bahagia," tuturnya.

Dwi mengatakan, gaya pengasuhan otoritatif dapat berubah bila terjadi perubahan struktur keluarga, misalnya menjadi orang tua tunggal, kemiskinan atau kehilangan pekerjaan dan pendapatan, daya dukung lingkungan yang kurang seperti ketiadaan pengasuh pengganti, pasangan yang sibuk, atau bekerja di tempat yang jauh. Pada beberapa kondisi, terjadi pengasuhan yang permisif, yaitu tidak ada tuntutan pendisiplinan dari orang tua, tetapi semua kebutuhan anak terpenuhi.

Yang paling buruk adalah ketika orang tua abai terhadap anak, membiarkan anak tanpa aturan, miskin kasih sayang, bahkan memberikan kekerasan verbal maupun fisik kepada anak.

"Penting bagi calon orang tua agar agar mampu mempersiapkan rumah tangga baik dari aspek ekonomi hingga matang secara emosi dan rohani sehingga tidak membuat anak hidup pada situasi yang negatif atau menjadi bibit permasalahan psikis pada anak di kemudian hari," katanya.

Menurut Dwi, lingkungan keluarga yang kondusif, penuh kehangatan, rasa saling menghormati, dan saling percaya antara pasangan suami istri juga merupakan kunci kebahagiaan keluarga yang dibutuhkan anak. Dwi mengatakan, gaya pengasuhan anak merupakan kunci kepribadian anak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement