Rabu 28 Oct 2020 12:23 WIB

Peran Pemuda dalam Menentukan Arah Bangsa

Harus ada upaya untuk meluruskan arah bangsa yang dicita-citakan.

Pjs Ketua Umum KAMMI, Susanto Triyogo
Foto: dokpri
Pjs Ketua Umum KAMMI, Susanto Triyogo

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Susanto Triyogo*

Sejarah bangsa Indonesia memang tidak lepas dari sejarah pemuda. Setiap perubahan besar dalam perjalanan bangsa ini senantiasa diawali oleh para pemuda. Pertama, Budi Utomo tahun 1908, organisasi yang didirikan oleh pemuda-pemuda School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten atau STOVIA menginisasi gerakan pengumpulan dana untuk membantu pendidikan Bumiputera.

Kedua, Kongres Pemuda atau lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda yang berlangsung pada tanggal 28 Oktober 1928, menjadi momentum pemuda Indonesia untuk membawa bangsa dan negara ke gerbang kemerdekaan. Di saat yang sama pemuda Indonesia berikrar untuk bersatu. Meleburkan diri mereka menjadi satu, nusa, bangsa, dan bahasa. Dari peristiwa tersebut kita diajarkan tentang bagaimana mengelola perbedaan menjadi persatuan.

Ketiga, Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran pemuda masa itu dan juga masa lalu. Pemuda-pemuda saat itu membawa nafas perjuangan yang terhubung dengan perjuangan pemuda-pemuda sebelumnya. Kemerdekaan Indonesia kala itu adalah hasil proses yang panjang untuk menjadi Indonesia.

Keempat, pemuda di masa Orde Lama dan Reformasi. Peran pemuda pada saat itu sangat signifikan. Terlepas dari perdebatan yang mengikutinya, faktanya mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMMI) mampu mendesak pemerintah yang dianggap terlalu dekat dengan ideologi tertentu.

Peristiwa Reformasi juga tak kalah kurangnya peran pemuda. Ratusan ribu Mahasiswa Indonesia dari berbagai kampus turun ke jalan dan menduduki gedung DPR RI. Orde Baru menjadi momok yang harus ditumbangkan karena kekuasaannya begitu mencengkram. Ditambah lagi buruknya kondisi ekonomi nasional menjadi landasan yang kuat untuk meminta pemerintah mundur. Setelah Orde Baru mengundurkan diri, bangsa Indonesia memasuki musim semi demokrasi yang ditandai dengan lahirnya orde Reformasi.

Kontekstualisasi Sumpah Pemuda

Pada tahun 2020 ini, peringatan Hari Sumpah Pemuda ke- 92  mengusung tema bersatu dan bangkit. Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelum-sebelumnya. Tahun ini, Sumpah Pemuda diperingati bersamaan dengan kondisi bangsa Indonesia terdampak Pandemi Covid-19. Sebanyak 10,3 juta orang menjadi pengganguran dan 10 juta anak-anak Indonesia terancam putus sekolah. Dari dua persoalan tersebut ada dua agenda penting yang menjadi bagian dari strategi pembangunan: Memberi jaminan pendidikan dan menjamin ketersediaan lapangan kerja.  

Selanjutnya, pada situasi pandemi yang belum mempunyai kepastian kapan berakhir.  Apabila kita telisik lebih jauh lagi, kondisi bangsa dan negara kita saat ini begitu mengkhawatirkan. Persatuan yang dulunya diupayakan dengan mengorbankan darah dan air mata hari ini tercerai-berai. Kedaulatan yang dulunya tidak pernah diberikan walaupun hanya sejengkal, kini harus kalah dengan kepentingan modal investor asing. Keadilan dan kemakmuran hari ini menjadi barang yang sangat sulit untuk ditemukan. Mungkin ada, tapi hanya untuk segelintir orang saja.

Dalam kondisi bangsa yang semakin jauh dari cita-cita kemerdekaan, sudah waktunya tema arah bangsa diperbincangkan dalam diskursus yang positif. Hal ini menjadi krusial mengingat Sumpah Pemuda akan segera memasuki satu abad di tahun 2028.

Pemuda dan Arah Bangsa

Pemuda harus menjadi penentu sekaligus penjaga arah bangsa. Di atas pundak pemudalah cita-cita kemerdekaan dipikulkan. Dengan begitu, apa yang sudah dititipkan para Founding Fathers dan Fouding Mothers bangsa dapat terlaksana. Dalam konteks masa kini, harus ada upaya untuk meluruskan arah bangsa yang dicita-citakan. Sebagai upaya mempercepat hal-hal tersebut kami mengusung tiga program prioritas  :

Pertama, Pancasila harus menjadi identitas dan karakter pemuda Indonesia. Pancasila yang telah disusun oleh tokoh-tokoh Indonesia saat itu harus dapat diwujudkan dalam aktivitas-akticitas pemuda masa kini. Apabila hal itu terlaksana, maka cita-cita kemerdekaan dapat terwujud. Tetapi, Pancasila yang dimaksud di sini bukanlah Pancasila yang sekadar jargon semata. Akan tetapi, Pancasila yang penuh dengan prinsip, etika dan pesan moral yang luhur.

Kedua, perlunya upaya untuk mebangun kemandirian ekonomi para pemuda. Kaum tua adalah pejuang di masanya, namun anak mudalah penggenggam masa depan. Oleh karena itu, akan sangat mengkhawatirkan apabila pemuda-pemuda Indonesia tidak mampu mandiri secara ekonomi. Sulit dibayangkan jika cita-cita kemerdekan mampu diembankan di tangan pemuda-pemuda yang tidak mandiri dan berdiri di kakinya sendiri.

Ketiga, Perbaikan SDM pemuda yang unggul dengan memberikan jaminan pendidikan kepada semua anak bangsa sampai perguruan tinggi. Sumber daya manusia yang unggul terutama bagi pemuda merupakan hal yang wajib untuk mengemban cita-cita kemerdekaan. Jangan biarkan pemuda-pemuda Indonesia tidak memiliki kapasitas dan kompetensi yang mumpuni. Penting adanya jaminan pendidikan bagi setiap pemuda Indonesia agar dapat bersaing secara global. Dengan demikian, maka bisa dipastikan arah bangsa dan cita-cita kemerdekaan berada pada tangan yang tepat.

Ketiga hal ini harus menjadi prioritas untuk dilaksanakan mengingat tidak lama lagi Indonesia akan berumur 100 tahun pada 2045. Pertanyaannya sekarang sudah sejauh apa kita melangkah untuk meneruskan cita-cita Sumpah Pemuda tahun 1928?

*Pjs Ketua Umum PP KAMMI 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement