REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengalaman sosial anak pada usia dini menentukan perkembangan sosial emosional pada usia anak berikutnya. Untuk mengantarkan anak usia dini ke karakter nasionalisme, ternyata bisa memanfaatkan keberagaman dongeng yang ada di Indonesia sebagai sarana.
Sekelompok mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melakukan penelitian terkait ini. Terutama, klasifikasi dongeng nusantara berdasar unsur intrinsik sebagai media penguatan karakter nasionalisme.
Ada Angger Gilang Praditama, Resmardian Fathi Shafarizki dan Luailik Mushoffa. Gilang mengatakan, dongeng bisa jadi salah satu sarana karena umumnya budaya daerah setempat mengandung nilai luhur dan nilai moral.
"Fokus penelitian ini mengklasifikasikan dongeng nusantara berdasarkan tema dan latar tempat," kata Gilang, Kamis (17/12).
Tema yang dipilih tentang toleransi, kerukunan, dan sikap menghargai antar suku, ras, budaya dan agama. Pemilihan tema bertujuan menanamkan karakter nasionalisme dan akan memberikan gambaran kehidupan suatu masyarakat tertentu melalui kisah dalam dongeng.
Pemilihan latar tempat menunjukkan betapa luas negeri ini dengan keunikannya masing-masing dan mencegah dampak negatif etnosentris. Sedangkan, mengenalkan anak usia dini tentang daerah-daerah di Indonesia melalui cara-cara yang menarik dan menyenangkan.
Fathi menuturkan, anak usia dini perlu wawasan nusantara agar terhindar dari dampak negatif sikap etnosentris yang berpotensi memecah belah Indonesia. Obyek penelitian menyasar kepada 92 dongeng dari seluruh Indonesia.
"Kami melakukan analisis terhadap tema dan latar dongeng yang terdapat dalam buku dongeng Nusantara" ujar Fathi.
Dongeng yang diteliti dari seluruh pulau besar Indonesia yaitu Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Dari 92 dongeng diketahui 11 persen bertemakan kerukunan, tiga persen bertemakan toleransi dan satu persen bertemakan tanggung jawab.
Dari latar tempat, 47 persen dari Sulawesi, 16 persen dari Sumatera, 14 persen dari Kalimantan, 13 persen dari Jawa, dan 10 persen dari Papua. Usai analisis, mereka mengklasifikasi dongeng-dongeng yang dapat meningkatkan karakter nasionalisme anak.
Seperti yang bertema toleransi, kerukunan, dan tanggung jawab. Dari klasifikasi ada 14 judul dongeng dari lima pulau yang melalui proses analisis termasuk kategori dongeng dapat meningkatkan karakter nasionalisme seperti Sang Danding Anak Janda Miskin dan Si Kelingking.
Lalu, Bujang Jambi, Tun Telani, Kecerdikan Seekor Penyu, Hikayat Si Buta Jadi Raja, Lakina Jawa, Kera dengan Jin Beringin, Putri Junjung Buih, Putri Tadampalik, Terjadinya Air Garam di Yiwika, Kampung Berbentuk L, Hilangnya Kampung Kewoyo dan Terbentuknya Kampung Tablanusu.
Kegiatan ini sendiri berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2020 bidang penelitian sosial humaniora. Luailik berharap, penelitian yang mereka lakukan ini membantu orang tua dan guru memilih dongeng yang akan diberikan ke anak.
"Khususnya, dongeng-dongeng yang mengandung unsur nasionalisme," kata Luailik.