Sabtu 26 Dec 2020 15:18 WIB

Belajar Mengelola Modal Sosial dari Rasulullah dan Umar

Modal sosial sangat diperlukan untuk perang melawan pandemi seperti saat ini.

Ilustrasi Bersilaturahim
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Bersilaturahim

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashr Akbar, Dosen IAI Tazkia

Dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan, diperlukan modal yang kuat. Modal tidak selamanya tentang materi. Ada modal yang bersifat non materi, di antaranya adalah modal sosial. Modal penting yang diperlukan guna meraih tujuan bersama. Ia adalah fitur organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan yang terkoordinasi (Putnam, 1993).

Modal sosial yang terwujud di berbagai komunitas telah terbukti berkorelasi positif dengan aspek yang diinginkan pencapaiannya oleh komunitas tersebut, seperti kualitas kesehatan, perumahan, panjang umur, kualifikasi pendidikan, tingkat pekerjaan, aset dan gaji (Sankey & Wilson, 2007). Dengannya para pekerja lebih produktif, perusahaan lebih kompetitif, dan beberapa negara lebih sejahtera (Putnam dan Feldstein).

Pandangan Islam tentang modal sosial tergambar pada surah al-Hujurat: 10. Sesungguhnya hubungan antara satu mukmin dengan mukmin yang lain adalah ikatan persaudaraan kandung. Ikatan yang kuat dan erat. Saling membantu tanpa ada pamrih. Jika ada perselisihan, maka diselesaikan secara norma Syariah. Inilah modal sosial yang ditanamkan oleh Islam. Hasilnya adalah rahmat Allah yang melimpah. Bahasa makronya adalah menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun Ghafur. (silahkan baca buku tafsir ekonomi kontemporer untuk lebih detail).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement