Rabu 30 Dec 2020 19:14 WIB

IPB, LAPAN dan UNDP Uji WebGIS Ecosystem dan INA-Alert

Keduanya produk terintegrasi untuk pantau tutupan lahan.

IPB University melaksanakan konsultasi publik dan uji coba produk WebGIS Ecosystem dan INA-Alert di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Foto: Dok IPB University
IPB University melaksanakan konsultasi publik dan uji coba produk WebGIS Ecosystem dan INA-Alert di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketersediaan data tutupan lahan yang reliabel, akurat dan up-to-date merupakan tantangan dalam pengembangan sistem pemantauan tutupan lahan dan deteksi perubahan yang terjadi di dalamnya. Kerja  sama IPB University, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan The United Nations Development Programme (UNDP) telah mengembangkan WebGIS EcoSystem dan aplikasi android INA-Alert. Keduanya adalah produk terintegrasi yang mendukung sistem pemantauan tutupan lahan skala nasional. 

Dalam rangka mendapatkan masukan dari para pihak untuk penyempurnaan metode/algoritma dan sistem menjadi lebih baik, sekaligus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pihak dalam menggunakan sistem, maka IPB University melaksanakan konsultasi publik dan uji coba produk di lapangan, yang difasilitasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, (28/12-29/12).

Kegiatan dihadiri berbagai instansi di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Pelalawan, seperti: Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Wilayah Sorek. 

Dalam sambutan pembukaannya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten  Pelalawan, Eko Novitra ST, MSi menyampaikan bahwa keberadaan data sebaran perkebunan dan sistem pemantauan tutupan lahan ini sangat diperlukan dalam mendukung penyusunan indeks kinerja lingkungan hidup dan menindaklanjuti program peremajaan kebun sawit di Kabupaten Pelalawan. 

Dalam pemaparannya, Dr Yudi Setiawan, dosen IPB University dari Divisi Analisis Lingkungan dan Pemodelan Geospasial Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) menyampaikan tujuan sistem yang dibangun adalah mendeteksi secara cepat perubahan tutupan lahan (early warning system/near real time monitoring system), menampilkan data sebaran spasial beberapa komoditas strategis dan perubahannya (misalnya sawit dan karet), mengembangkan platform GIS-Web sebagai tool untuk monitoring perubahan tutupan lahan dan mengaplikasikan sistem monitoring berbasis Android. 

“Data yang tersedia berasal dari pengolahan citra satelit di LAPAN menggunakan algoritma untuk tujuan mendeteksi perubahan tutupan lahan dan pengolahan cloud computing Google Earth Engine menggunakan machine learning. Sehingga dihasilkan data deteksi delapan harian dan prediksi tutupan lahan komoditas strategis (padi, kelapa sawit, karet, kokoa dan kopi) secara nasional. Data yang tersedia juga berasal dari penutupan lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” terangnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Peragaan WebGIS EcoSystem mendapat apresiasi dari para pihak di mana ketersediaan informasi spasial akan membantu pemantau tutupan lahan sektor untuk mengecek perubahan tutupan lahan pada sektor perkebunan, kehutanan dan ketahanan pangan. Kegiatan dilanjutkan dengan uji coba aplikasi android INA-Alert untuk validasi-verifikasi deteksi perubahan di tutupan lahan perkebunan dan kawasan hutan, menelusuri perkebunan karet dan keberadaan sawah di Kabupaten Pelalawan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement