REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan di Imperial College London meninggalkan pengujian vaksin virus corona. Mereka kini fokus memerangi varian virus itu yang terdeteksi di seluruh dunia.
Keputusan itu diambil ketika komunitas ilmiah berjuang untuk mengatasi ancaman baru Covid-19 yang mungkin memerlukan inokulasi yang diperbarui. Prof Robin Shattock selaku kepala tim vaksin di Imperial mengatakan para ilmuwan sekarang akan menggunakan teknologi asam ribonukleat (RNA) di belakang vaksin awal. Tujuannya untuk menargetkan varian virus corona baru dan juga yang sedang berkembang.
"Meskipun kandidat vaksin generasi pertama kami menunjukkan harapan dalam pengembangan klinis awal, situasi yang lebih luas telah berubah dengan peluncuran cepat vaksin yang disetujui," kata Shattock dilansir dari Arab News pada Rabu (27/1).
Shattock menekankan ini bukan waktu yang tepat untuk memulai uji kemanjuran baru vaksin lebih lanjut di Inggris. Shattock mengatakan timnya akan mengembangkan teknologi vaksin baru sebagai jaring pengaman untuk menangkap mutasi yang lolos, menjangkau varian yang mungkin tidak dimiliki vaksin lain, dan memenuhi kebutuhan potensial untuk vaksinasi booster tahunan.
Vaksin buatan Imperial menggunakan desain yang sama dengan suntikan Moderna dan Pfizer / BioNTech. Vaksin ini menggunakan RNA yang memperkuat diri untuk memaksa reaksi kekebalan dari tubuh, menghasilkan antibodi vital dan sel-T yang menawarkan perlindungan.
Uji coba awal vaksin dilakukan musim panas lalu saat para ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan suntikan efektif pertama. Namun, Imperial memutuskan mengubah arah penelitian setelah Inggris dan banyak negara lain berhasil bergerak maju dengan peluncuran vaksin massal.
Teknologi yang digunakan dalam suntikan buatan Imperial dapat diadaptasi untuk menargetkan varian baru dan mutasi virus corona. Hal ini dapat mempercepat perkembangan vaksin yang diperbarui karena pandemi memburuk di beberapa bagian dunia.
Tim Imperial juga menemukan metode untuk menyimpan vaksin RNA baru dalam lemari es standar selama berbulan-bulan karena vaksin saat ini membutuhkan penyimpanan suhu sangat rendah yang amat mahal.
"Imperial College bekerja dengan filantropis, investor, pemerintah, dan mitra industri untuk mengembangkan teknologi yang menarik ini lebih jauh," ucap Shattock.