REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Siput laut di perairan sekitar Australia digunakan untuk membantu peneliti lebih memahami perubahan iklim. Sejak 2013, Sea Slug Cencus (Sensus Siput Laut), program sains warga yang didukung oleh sukarelawan, telah mendokumentasikan pengamatan gastropoda ini di sepanjang pantai Australia.
Sea Slug Cencus didirikan oleh Profesor Steve Smith dari Universitas Southern Cross di New South Wales dan lebih dari 40 peristiwa sensus telah terjadi sejauh ini.
Skema ini telah mencatat lebih dari 630 spesies. Data ini membantu meningkatkan data distribusi siput laut dan bahkan penemuan spesies baru juga.
Nudibranch adalah sekelompok moluska berwarna-warni dan mencolok, sangat berguna dalam memahami dampak pemanasan global. Spesies ini biasanya memiliki masa hidup kurang dari satu tahun, yang berarti mereka merespon lebih cepat terhadap perubahan kondisi lingkungan mereka.
"Kami pikir mereka adalah kelompok yang fantastis untuk menjadi target pemantauan kesehatan laut berbasis warga," kata Profesor Smith dilansir di Euronews, Selasa (16/2).
Sejauh ini lebih dari 60 spesies telah ditemukan jauh lebih jauh ke selatan daripada batas distribusi biasanya. Hal ini dapat menunjukkan perubahan suhu air dan persediaan makanan, serta kekuatan arus.
Beberapa di antaranya berada 2.500 kilometer lebih jauh ke selatan daripada yang pernah tercatat sebelumnya.
Menurut Smith, arus Australia Timur adalah mekanisme yang bagus untuk mengangkut organisme dalam tahap larva mereka. Salah satu hal yang diramalkan akan terjadi di bawah perubahan iklim adalah meningkatnya kekuatan dan frekuensi Arus Australia Timur.
"Jadi itu berarti kita berpotensi memiliki sabuk konveyor spesies tropis yang akan lebih sering datang ke perairan pesisir kami." katanya.
Australia bukan satu-satunya tempat yang menggunakan siput laut untuk mempelajari lebih lanjut tentang perubahan iklim.