Kamis 04 Mar 2021 22:00 WIB

Persadia: Perut Buncit Terkait Gangguan Metabolisme

Perut buncit adalah salah satu ciri kelebihan berat badan atau obesitas.

Perut buncit (Ilustrasi)
Foto: Foxnews
Perut buncit (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok Prof. Dr. Mardi Santoso meminta agar masyarakat jangan meremehkan kondisi perut buncit karena terkait dengan gangguan metabolisme yang abnormal. "Jangan remehkan perut buncit," kata Prof Mardi di acara seminar daring bertajuk "Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas" di Jakarta, Kamis (4/3).

Ia menjelaskan, perut buncit berkaitan dengan gangguan metabolisme yang abnormal, baik dari lemak, peradangan pembuluh darah atau kadar insulin dalam darah, gangguan metabolisme karbohidrat. Kondisi ini bisa menimbulkan sejumlah penyakit diantaranya diabetes, darah tinggi, penyakit kardiovaskuler dan penyakit jantung.

Baca Juga

Pada 2018, perut buncit pada masyarakat umur > 15 tahun mencapai 31 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Parameter perut buncit di Indonesia adalah pada bila lingkar perut pada laki-laki > 90 cm dan > 80 cm pada perempuan.

"Juga parameter lainnya lemak, tekanan darah, gula darah," kata dokter spesialis penyakit dalam itu.

Perut buncit, kata dia, adalah salah satu ciri kelebihan berat badan atau obesitas. Sementara obesitas bisa berujung pada penyakit tidak menular antara lain prediabetes, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, sindrom metabolik, gangguan lemak darah, kekentalan darah naik, trombosit menumpuk, kerusakan pembuluh darah, gangguan kesuburan, hipertensi dan kanker.

"Risiko obesitas itu macam-macam diantaranya penyakit kardiovaskuler, ada stroke, penyempitan pembuluh darah, jantung koroner, kaki pincang, syaraf matanya kena retinopati. Lalu kanker. Jadi sel-sel lemak itu mudah berubah jadi keganasan. Jadi orang gemuk itu ternyata tidak menunjukkan kemakmuran, justru berisiko terkena penyakit tidak menular," papar dokter yang praktek di OMNI Hospital Pulomas.

Untuk menurunkan angka penyakit tidak menular akibat obesitas dan kelebihan berat badan, menurut dia, perlu peranan Kementerian Kesehatan, tokoh masyarakat dan perusahaan-perusahaan makanan. Mardi menyebut di negara-negara lain, pencegahan tidak hanya dilakukan pada penyakit akibat obesitas, tetapi mereka melakukan upaya pencegahan obesitas dan kelebihan berat badan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement