REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melakukan survei tentang persepsi guru atas program vaksinasi. Berdasarkan survei kepada 2.406 guru dari 23 provinsi di Indonesia, antusiasme mereka cukup tinggi untuk mengikuti vaksinasi Covid-19.
"Antusiasme guru untuk mengikuti Vaksinasi Covid 19 ternyata cukup besar dari keseluruhan responden, sebanyak 91,73 persen guru. Walaupun memang masih ada guru yang menyatakan tidak bersedia untuk divaksinasi sebanyak 8,27 persen," kata Sekjen FSGI, Heru Purnomo dalam keterangannya, Rabu (17/3).
Menurutnya, angka ini tidak bisa dipandang remeh mengingat target dari pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi guru adalah bisa terlaksananya PTM di awal semester 2021-2022. Begitu PTM dilaksanakan, tidak hanya guru dan tenaga kependidikan yang berada di sekolah tetapi juga siswa yang sampai dengan saat ini belum menjadi kelompok yang akan divaksinasi.
Jika ditelusuri berdasarkan asal wilayah ditemukan bahwa guru-guru yang berasal dari luar Jawa lebih banyak yang menolak untuk divaksin yaitu sebanyak 24,35 persen. Sementara guru-guru yang berasal dari Jawa yang hanya 4,84 persen.
Kondisi ini diduga paralel dengan situasi penyebaran Covid-19 yang lebih buruk di Pulau Jawa dibandingkan daerah lainnya. Juga paralel dengan penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19 yang ternyata lebih baik di Pulau Jawa dibandingkan daerah lainnya di luar Pulau Jawa.
Jika berdasarkan usia, terlihat bahwa usia guru yang lebih muda persentase ketidaksediaan mengikuti vaksinasi Covid-19 lebih besar. Pada guru yang berusia 20-29 ada sebanyak 10,61 persen yang tidak bersedia mengikuti vaksinasi, pada usia 30-39 sebanyak 10,97 persen dan pada usia 40-49 sebanyak 10,51 persen. Sedangkan pada usia 50-60 tahun hanya 4,67 persen yang menyatakan tidak bersedia.
Baca juga : Sosialisasi Manfaat Vaksin Bagi Guru Harus Digencarkan
Berdasarkan jenjang sekolah ternyata ketidaksediaan mengikuti vaksinasi dominan berasal dari guru pada jenjang sekolah SMA/ SMK/ MA yakni sebanyak 32,64 persen. Sementara bagi guru yang berasal dari jenjang lainnya relatif sedikit. Pada jenjang PAUD/TK sebanyak 5,96 persen, pada jenjang SD/MI sebanyak 5,60 persen dan pada jenjang SMP/ MTs sebanyak 8,48 persen.
"Patut diduga bahwa ketidaksediaan sebagian guru pada jenjang SMA/SMK/MA memang karena diakibatkan belum tersosialisasi dengan baik pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk tahap awal diprioritaskan bagi jenjang sekolah yang lebih rendah," kata Heru.