Selasa 23 Mar 2021 00:18 WIB

Pandemic Fatigue Bisa Datang dan Pergi

Pandemic fatigue biasanya dialami mereka yang merasa sudah sangat bosan dan pasrah.

Ilustrasi.
Foto: its-syahri.blogspot.com
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama satu tahun penuh masyarakat Indonesia hidup di tengah pandemi dan terus berusaha beradaptasi dalam segala hal. Mulai dari cara bersosialisasi hingga kesadaran mengenai gaya hidup bersih dan sehat. Akan tetapi, situasi yang tidak menentu yang belum jelas kapan akan berakhir telah membuat sebagian orang mulai kelelahan, terutama secara psikis.

Salah satu yang muncul karena kelelahan psikis adalah pandemic fatigue. Kelelahan ini menyebabkan sebagian masyarakat terdemotivasi untuk mengikuti protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Namun kelelahan ini dinilai dapat datang dan pergi.

"Pandemic fatigue pun tidak muncul secara terus-menerus, melainkan datang dan pergi sesuai dengan pengalaman yang dirasakan seseorang dalam pandemi Covid-19," kata Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Daisy Indira Yasmine, S.Sos, M.Soc, Sci dalam "Refleksi Setahun Pandemi: Masyarakat Semakin Abai atau Peduli", Senin (22/3)

Menurut Daisy, pandemic fatigue merupakan rasa jenuh terhadap perubahan aktivitas selama pandemi Covid-19 yang bisa dialami oleh siapa saja. "Bisa kadang-kadang sebulan mulai jenuh, mulai lalai sama protokol kesehatan tapi kalau dengar informasi atau berita baru mulai takut lagi, bisa dari waktu ke waktu dan tiap orang beda," katanya.

Daisy mengatakan seseorang yang mengalami pandemic fatigue biasanya karena merasa sudah sangat bosan dan cenderung pasrah terhadap keadaan. Orang tersebut sudah tidak peduli lagi akan terkena Covid-19 atau tidak.

"Ada juga efek dari pandemi fatigue ini yang justru jadi stres karena tekanannya terlalu kuat untuk melakukan perubahan, terus tidak bisa menjalani hidup kemudian tidak jelas kapan akan berakhir, ini malah akan mengganggu kesehatan mentalnya akhirnya," ujar Daisy.

Pandemic fatigue sendiri sebenarnya adalah situasi yang sudah terduga atau terprediksi terutama saat terjadi krisis kesehatan publik yang berlarut-larut sehingga menyebabkan kejenuhan sosial. Dalam merefleksikan satu tahun pandemi Covid-19 khususnya di Indonesia, masyarakat sudah mengalami pandemic fatigue. Hal ini ditandai dengan naik-turunnya angka kasus positif Covid-19.

Untuk mengatasi pandemic fatigue, menurut Daisy, perlu regulasi yang berfokus pada manusia atau masyarakat, melakukan penelitian dan pengumpulan data untuk membuat kebijakan sesuai dengan kelompok sasaran, jadi tidak dipukul rata. Kemudian, melibatkan anggota masyarakat dan komunitas sebagai bagian dari solusi bukan sebagai obyek kebijakan.

Bagaimana membuat masyarakat tetap bisa menjalankan kehidupannya, namun dengan edukasi dan regulasi tentang pengurangan risiko tertular dan penyebaran virus. Yang terakhir, pembuat kebijakan juga harus memahami kesulitan hidup dan dampak yang dihadapi oleh anggota masyarakat atau membuat regulasi khusus untuk mereka yang sangat terdampak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement