REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen mobil asal Korea Selatan Kia Corp dan pemasok baterainya SK Innovation Co akan bekerja sama untuk mendaur ulang baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) bekas. Kerja sama ini untuk mengamankan logam berharga dan mengurangi limbah.
Dilansir Yonhap, Jumat (30/4), SK Innovation memasok baterai lithium-ion untuk Kia EV6 dan model EV lainnya. Kedua perusahaan mengatakan mereka akan bekerja sama untuk memproses dan menggunakan kembali baterai EV bekas dalam sistem penyimpanan energi (ESS) atau memulihkan logam untuk membuat baterai baru, yang dapat menurunkan biaya produksi.
Dengan meningkatnya permintaan baterai EV, pengamanan bahan baku, seperti lithium, nikel, dan kobalt, yang menghabiskan lebih dari setengah biaya baterai menjadi semakin penting. Selain manfaat ekonomi potensial, daur ulang dapat mengurangi jumlah bahan yang masuk ke tempat pembuangan sampah, yang dapat mencemari tanah dan air tanah.
Peningkatan penjualan mobil listrik semakin mendorong kesadaran untuk melestarikan sumber daya alam dan mengatasi masalah akhir masa pakai baterai. Kementerian energi Korea Selatan memperkirakan jumlah baterai EV bekas akan melonjak dari 1.400 pada tahun 2020 menjadi lebih dari 67.000 pada tahun 2030, dan 2,45 juta pada tahun 2040.