REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) meminta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memberikan pelatihan keterampilan blended learning kepada guru. Blended learning adalah pembelajaran campuran antara jarak jauh dan tatap muka.
Pelatihan yang dimaksud harus didasarkan pada pedagogik digital kepada guru. "Selama ini, pelatihan yang dimaksud hanya berorientasi pada keterampilan teknis guru dalam menggunakan platform digital saja, bukan kepada pemahaman dan keterampilan pedagogi digitalnya," kata Kabid Advokasi P2G, Iman Zanatul Haeri, Senin (3/5).
Menurut P2G, pelatihan yang hanya berorientasi pada keterampilan teknis ini menguntungkan platform digital untuk pembelajaran. Selain itu, pelatihan ini juga hanya mengakomodir guru yang memiliki jaringan internet, sedangkan guru di daerah pelosok sangat minim dengan bantuan semacam ini.
Selain itu, pelatihan blended learning untuk guru merupakan salah satu persiapan pembukaan sekolah. Kemendikbudristek sebelumnya juga mengatakan, pembelajaran tatap muka akan dilakukan terbatas dan masih akan ada pilihan belajar secara daring. Saat ini, P2G melihat, sekolah belum bisa dibuka serentak secara nasional pada Juli 2021.
Lebih lanjut, P2G berpesan kepada orang tua agar menunda mudik lebaran dan libur akhir semester nanti. Sebab, potensi mobilitas penduduk yang tinggi selama mudik dan liburan semester dikhawatirkan akan meningkatkan rata-rata positif kasus Covid-19.
"Jika ingin sekolah dibuka Juli, para siswa, orang tua, dan guru harap menahan diri untuk tidak bepergian," kata Iman menegaskan.