REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mereka yang mendapat vaksin Moderna atau Pfizer, memerlukan dua dosis untuk mendapatkan perlindungan maksimal. Idealnya, bagi mereka yang mendapat vaksin Moderna jeda antara dosis pertama dan kedua adalah 28 hari sementara vaksin Pfizer 21 hari.
Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada akhir Juni, sekitar satu dari sepuluh orang melewatkan dosis kedua vaksin. Padahal vaksin dosis kedua diperlukan untuk melindungi tubuh dari varian Covid-19 Delta yang menyebar di seluruh wilayah AS.
CDC menyarankan kepada masyarakat agar segera mendapat dosis kedua dan tidak melewati batas dalam 42 hari dari dosis pertama. Para ahli menyebut dosis kedua dapat meningkat kekebalan tubuh secara signifikan.
Profesor Kesehatan Masyarakat dari Westminster College Salt Lake City, Han Kim Ph.D, mengatakan 21 hingga 28 hari adalah jeda dosis pertama dan kedua yang direkomendasikan vaksin Moderna dan Pfizer. “Tidak ada kata terlambat untuk mendapatkan dosis kedua dan meningkatkan tingkat perlindungan Anda,” kata Kim, dilansir Best Life Online, Ahad (18/7).
Sebuah penelitian yang didukung oleh Konsorsium Imunologi Coronavirus Inggris pada 175 orang di atas usia 80 tahun membandingkan respons kekebalan antara mereka yang diberi vaksin Pfizer kedua pada interval tiga pekan yang disarankan dibandingkan mereka yang diberi dosis kedua pada interval 12 pekan.
Hasilnya menunjukkan mereka yang menunggu 12 pekan memiliki respons antibodi 3,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mendapat dosis kedua tiga pekan setelah yang pertama. Dalam sebuah pernyataan, Penulis Utama Studi Helen Parry, MSc, Ph.D. mengatakan studi menunjukkan respons antibodi memuncak setelah dosis vaksin Pfizer kedua diberikan pada orang tua ketika ditunda hingga 12 pekan.
Pakar kesehatan masyarakat memperkirakan orang telah melewatkan vaksin kedua karena berbagai alasan. Beberapa takut akan efek samping yang lebih buruk dan yang lain kesulitan menjadwalkan janji kedua vaksin.
Direktur Asosiasi Institut Data, Demokrasi, dan Politik Universitas George Washington, David Broniatowski, mengatakan beberapa orang percaya jika mereka sudah terinfeksi Covid-19, mereka hanya perlu satu dosis. Menurut data CDC, varian Delta menjadi varian Covid-19 yang paling dominan, terhitung 58 persen dari infeksi baru.
“Saya mendorong orang-orang yang pernah terinfeksi Covid-19 sebelumnya untuk divaksin. Ada semakin banyak bukti bahwa infeksi alami dengan jenis awal tidak terlalu protektif terhadap Delta,” ucap Kim.
Sebuah penelitian di Inggris yang diterbitkan pada bulan Mei tetapi belum ditinjau oleh rekan sejawat menemukan setelah satu dosis, vaksin Pfizer hanya 33 persen efektif terhadap varian Delta dalam mencegah gejala Covid-19. Namun, setelah dosis kedua, angka itu melonjak menjadi 88 persen.
\"Sudah jelas betapa pentingnya dosis kedua untuk mengamankan perlindungan sekuat mungkin terhadap Covid-19 dan variannya,” kata Eks Sekretaris Perawatan Kesehatan dan Sosial Inggris Matt Hancock dalam sebuah pernyataan tentang penelitian tersebut.
“Dapatkan dosis kedua Anda. Jeda waktu antara dosis pertama dan kedua tidak relevan. Dosis kedua itu penting untuk perlindungan terhadap Delta. Satu dosis saja tidak cukup,” tambah Kim. n Meiliza Laveda