Rabu 21 Jul 2021 11:29 WIB

Berapa Banyak Polusi dari Penerbangan Jeff Bezos?

New Shepard menggabungkan hidrogen cair dan oksigen cair untuk daya dorong.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Penumpang New Shepard  Jeff Bezos, saudaranya Mark, penerbang perintis Wally Funk dan Oliver Daemen yang berusia 18 tahun berhasil terbang ke luar angkasa, Selasa (20/7)
Foto: space
Penumpang New Shepard Jeff Bezos, saudaranya Mark, penerbang perintis Wally Funk dan Oliver Daemen yang berusia 18 tahun berhasil terbang ke luar angkasa, Selasa (20/7)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Miliarder Jeff Bezos meluncur ke luar angkasa pada hari Selasa (20/7), dalam penerbangan awak pertama dari kapal roketnya, New Shepard. Kru yang terdiri dari empat orang melakukan perjalanan dalam kapsul dengan jendela terbesar yang diterbangkan ke luar angkasa.

New Shepard, yang dibangun oleh perusahaan Bezos, Blue Origin, dirancang untuk melayani pasar pariwisata luar angkasa yang sedang berkembang. Lalu, berapa banyak polusi yang akan dihasilkan Jeff Bezos selama perjalanannya ke luar angkasa?  

Baca Juga

Ternyata, roket New Shepard Blue Origin menjadi salah satu kendaraan peluncuran terbersih dalam perjalanan luar angkasa. Namun, tetap ada kekhawatiran perubahan iklim dari pesawat ruang angkasa suborbital dapat meningkat karena penerbangan serupa juga diluncurkan dalam waktu dekat.

Roket bukanlah teknologi ramah lingkungan. Dampak lingkungan secara keseluruhan masih dipelajari. 

Menurut penjelasan dari situs web Everyday Astronaut, sebagian besar peluncuran menghasilkan hal-hal seperti uap air, karbon dioksida (CO2), jelaga, dan aluminium oksida. Apa yang dihasilkan ini tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan.

New Shepard menggabungkan hidrogen cair dan oksigen cair di mesinnya untuk menghasilkan daya dorong. "Ini berarti emisi utamanya adalah air dan beberapa produk pembakaran kecil, dan hampir tidak ada  CO2," ujar Darin Toohey, ilmuwan atmosfer di University of Colorado, Boulder, dilansir di Live Science, Selasa (20/7).

Toohey menambahkan, air di knalpot roket dapat meningkatkan jumlah awan di atmosfer. Ini termasuk awan induk mutiara warna-warni yang sering terlihat saat matahari terbenam setelah peluncuran. 

Ini dapat berdampak pada lapisan atmosfer atas yang dikenal sebagai mesosfer dan ionosfer. Namun, karena jumlah peluncuran roket saat ini sangat rendah, maka tidak terlalu menjadi perhatian dalam pemodelan iklim, menurut Toohey dalam artikel 2019 untuk Eos, majalah berita American Geophysical Union.

Kondisi ini bisa berubah ketika tingkat peluncuran meningkat dalam waktu dekat, dan banyak artikel Eos melibatkan panggilan untuk studi lebih lanjut tentang dampak potensial dari penerbangan semacam itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement