Kamis 12 Aug 2021 16:45 WIB

Jangan Makan Daging Berlebihan, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan

Mengonsumsi daging unggas setiap hari meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Makan daging berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan (ilustrasi).
Foto: Mgrol101
Makan daging berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Universitas Oxford menjelaskan efek negatif dari mengonsumsi daging sepanjang pekan. Orang mungkin akrab dengan hubungan antara kanker dan daging merah, tapi daging unggas nyatanya juga memiliki efek buruk pada kesehatan Anda.

Dilansir laman Express, Kamis (12/8), akademisi menganalisis catatan data kesehatan 474.985 orang Inggris paruh baya. Mereka menemukan bahwa konsumsi unggas setiap hari meningkatkan risiko diabetes tipe 2. 

Selain itu, makan 30 gram unggas setiap hari juga meningkatkan risiko refluks gastro-esofagus sebesar 17 persen. Contoh unggas yang dimaksud antara lain ayam, kalkun, dan bebek. Mengonsumsi tiga atau lebih hidangan daging per pekan secara rutin dikaitkan dengan hasil kesehatan yang lebih buruk. Apa saja itu? 

1. Penyakit jantung

Konsumsi daging merah yang tidak diproses dan diproses lebih tinggi dikaitkan dengan penyakit jantung. British Heart Foundation (BHF) menjelaskan penyakit jantung terjadi ketika arteri yang memasok darah ke otot jantung tersumbat oleh timbunan lemak, seperti kolesterol.

Tingkat kolesterol jahat, jenis yang menempel pada arteri dan menyebabkan saluran darah menyempit, meningkat jika Anda konsumsi makanan yang kaya lemak jenuh. Daging merah (seperti daging sapi dan domba) mengandung konsentrasi lemak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan ikan. National Health Service (NHS) AS menegaskan, penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian terbesar di Inggris. Gejala kondisi termasuk nyeri dada, sesak napas, merasa pingsan dan mual.

2. Radang paru-paru

Konsumsi daging merah sering juga dikaitkan dengan pneumonia atau pembengkakan jaringan di paru-paru. NHS menyatakan, pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.

Gejalanya meliputi batuk, yang mungkin tidak menghasilkan dahak kental berwarna kuning, hijau, cokelat, atau bernoda darah dan kesulitan bernapas. Gejala tambahan mungkin termasuk detak jantung yang cepat, demam, berkeringat, menggigil, dan nyeri dada.

"Konsumsi yang lebih tinggi dari kombinasi daging merah dan olahan yang belum diproses dikaitkan dengan risiko penyakit jantung, pneumonia, penyakit divertikular, polip usus besar dan diabetes yang lebih tinggi," para peneliti memperingatkan.

Konsumsi daging unggas yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko penyakit refluks gastro-esofagus yang lebih tinggi, gastritis dan duodenitis, penyakit divertikular, penyakit kandung empedu, dan diabetes. Muncul selama penelitian, hal tersebut terutama terjadi pada pemakan daging yang kelebihan berat badan atau obesitas.

"Perbedaan dalam BMI  (indeks massa tubuh) di seluruh kategori konsumsi daging tampaknya merupakan bagian penting dari peningkatan risiko," catat studi tersebut.

Para peneliti telah lama mengetahui bahwa daging merah yang tidak diproses dan konsumsi daging olahan cenderung bersifat karsinogenik (meningkatkan risiko kanker). "Penelitian ini adalah yang pertama menilai risiko 25 kondisi kesehatan non-kanker dalam kaitannya dengan asupan daging dalam satu penelitian," ujar dr Papier.

Untuk mengurangi risiko penyakit, penting untuk mengonsumsi makanan yang bervariasi dan sehat. Artinya, penting bagi setiap orang untuk makan banyak buah dan sayuran, makanan kaya serat, dan minum banyak air.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement